Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Gaji dan Kecukupan

Setelah sidang skripsi, alhamdulillah saya segera dapat pekerjaan sebagai guru. Gaji pokok saya lima ratus ribu, ditambah dua ratusan ribu karena bertugas sebagai pembina asrama. Artinya, saya kerja seminggu penuh, selama dua puluh empat jam sehari, gajinya tidak sampai setengah UMR. Jika dibuat rata-rata harian, hasilnya sekitar dua puluh tiga ribu, setara dengan pendapat rata-rata ngemis di bangjo PKU Kartasura selama setengah jam. Alhamdulillah, meski agak ngenes tapi cukup. Tak berselang lama, saya kuliah pascasarjana di UI yang negeri. Bermodal ngawur dan gaji seuprit , jika dihitung-hitung jelas gak masuk blas . Alhamdulillah, nyatanya berhasil kuliah sampai wisuda. Hidup anak muda memang harus ngawur . Gak ngawur, gak isa dhuwur . Untuk pembaca yang masih kuliah atau baru lulus, wajib hukumnya kalian kuliah S2. Wajib! Gara-gara kuliah S2, saya terpaksa hijrah ke sekolah lainnya. Sekolah yang lama kurang meridhai. Di sekolah yang baru, gaji pokok saya naik lumayan, j

Raksasa Tua

Episode 1 Steve Jobs misuh-misuh melihat user interface Android yang dianggap menjiplak iOS. Sampai menjelang kematiannya pun ia masih berambisi menghancurkan Android. Ia bersumpah melawan Android hingga napas terakhir, bahkan rela menghabiskan semua kekayaan Apple untuk perang! Januari tahun 2007, Steve Jobs meluncurkan iPhone pertama. Microsoft adem ayem saja, sementara tim Google yang hendak melahirkan Android jadi belingsatan. Prototype Android serasa jadul di hadapan i OS. Tim Google gerak cepat, Android dibongkar ulang, peluncuran ditunda setahun. Mereka terinspirasi dengan iOS, atau memang menjiplaknya seperti tuduhan Steve Jobs. Meski terkesan mirip tapi Android punya kelebihan, murah bahkan gratis. Gratis adalah hal yang tabu bagi perusahaan software, apalagi Microsoft. Google seperti sedang membuat lelucon. Microsoft masih adem ayem, bahkan mereka lah yang sebelumnya menolong Apple dari krisis. Microsoft sering digugat karena diangggap memonopoli bisnis software,

Mencaplok Rembulan

Alkisah, dunia sedang dilanda pencemaran lingkungan yang parah. Lautan tak bergerak, airnya menjadi gelap dan bau. Para dewa maupun raksasa sama-sama dalam masalah. Wisnu punya ide untuk menyaring lautan agar kembali jernih. Para dewa bersepakat tapi mereka tak bisa menggarap proyek besar ini sendirian. Wisnu menawarkan rekonsiliasi kepada para raksasa. Raksasa bersedia masuk koalisi dengan kesepakatan bahwa hasil proyek itu dibagi untuk kedua kubu. Gak jad i penguasa tak masalah, penting ikut menikmati SDA untuk kepentingan pribadi, kira-kira begitu pikiran raksasa. Kata Wisnu, proyek ini bakal menghasilkan banyak hal, termasuk air Amerta (asal kata "immortal"), air keabadian, inilah incaran utama raksasa. Wisnu menjelma menjadi kura-kura raksasa yang menjadikan cangkangnya sebagai tumpuan alat pengaduk. Alat pengaduknya adalah Gunung Mandara, talinya Naga Basuki. Para dewa dan raksasa bekerjasama menarik naga dari ujung-ujungnya untuk memutar gunung. Setelah diaduk-aduk

Penyelinap

Saya pikir-pikir tampilan saya hari ini lumayan ngaco tapi penuh arti. Tas Rei ala-ala aktivis, jaket kelas zaman S1 simbol konsistensi alias ora tau ganti, baju batik hadiah dari emak-emak pengajian menggambarkan nasionalisme, celana hitam cingkrang anggap saja ciri radikal konservatif, wadidaw. Aktivis muda yang konsisten, nasionalis dan konservatif, begitulah kira-kira citra penuhnya, padahal aslinya tidak begitu. Alasan aslinya karena tidak punya seragam necis seperti petugas kecamatan atau guru-guru PNS yang sering ngebis bareng saya. Ehe. Kelewat satu, sepatu sneaker murahan lambang kesunyian, mergawe gak kakehan lambe. Ini otak-atik saya sendiri sebab kata "sneaker" kan arti harfiahnya penyelinap, hehe. Dinamai begitu karena sepatu yang rilis di awal abad 20 ini tidak berisik seperti generasi pendahulunya. Sneaker yang berbahan karet dan kanvas keds tidak berbunyi klotak-klotak sehingga pas buat menyelinap. Meski bahan sneaker meredam bersuara tapi popularitasnya

Cherry Picking

Ada ketidakjujuran dalam kejujuran. Seperti karena aku mencintaimu, aku hanya menceritakan kepada orang-orang betapa cerdasnya kamu, kupendam sendiri ihwal berat badanmu. Aku tak berbohong, hanya memilih kebenaran tertentu tentangmu. Tentu saja puisi sesat itu hanya rekayasa, tapi yang polanya mirip macam itu sering terjadi. Istilah kerennya Cherry Picking , alias nyomot sesuai kebutuhan. Dalam kajian-kajian "ilmiah" pun praktik ini kerap hadir. Sejak awal pengkaji sudah punya gambaran hasil akhir yang diinginkan sehingga hanya mencuplik data atau referensi yang mendukungnya. Data yang tidak sesuai kebutuhan akan diabaikan atau tidak disajikan. Ini juga bentuk ketidakjujuran. Pengkaji tidak menyajikan data yang representatif untuk ditelaah secara jujur dan berimbang. Kisanak misalnya anti si Anu, maka akan cenderung memilih informasi yang buruk tentang si Anu, walaupun kisanak tahu kebaikan si Anu. Berlaku juga sebaliknya, karena cinta dengan si

Monyet, Allah dan Anjing

"Monyet! Bla bla bla... Takbir. Takbir. Orang Islam itu harus takbir!" "Islam itu cukup mengucapkan kalimat syahadat." "Syahadat itu... Bla bla bla... Anjing!"  Itu potongan percakapan dalam video yang trending di Twitter sejak kemarin. Menggemaskan dan mengenaskan. Yang diajak takbir gak mau, mungkin dia bingung tiba-tiba disatroni dan diajak takbir. Mungkin juga dia ogah takbir bareng pencela. Habis ngatain monyet kok ngajak takbir, yang bener aja, Tong! Pencela yang sok-sokan ngajak takbir itu lebih ruwet. Ngajak takbir tapi mukadimahnya misuh. Greget! Nyeseknya, banyak yang mendukung perbuatan nista macam itu. Aku sampek bingung, jane wong wong iki kerasukan apa? Makanya, agama cuma dibebankan kepada orang yang berakal sehat, karena bagi yang tidak memenuhi kriteria itu agama tak banyak manfaatnya. Orang cerdas menjadikan agama sebagai jalan menyembah Allah, orang pandir menjadikan agama sebagai sesembahan. Takbir bermakna mengagungkan

Istri and Productivity

Imam Syafi'i kepengin nikah tapi kriteria istrinya agak tak lumrah. Yang ia cari bukanya anak qadi atau mufti. Ia punya tiga syarat khusus: 1. Legawa kalau gak dikumpuli. 2. Sabar alias gak sambat kalau sering ditinggal ngajar. 3. Bersedia menyediakan camilan buat para santri. Ini imam Syafi'i loh, keturunan Quraisy, ahli ilmu, influencer kondang, syarat istrinya gak neko-neko , penting mendukung produktivitas. Para ulama itu kasmaran sama ilmu, urusan wanita itu nomor sekian. Nyari yang bisa mendukung kegiatan belajar mengajar. Kadang-kadang malah gak kepikiran blas sama wanita. Ibnu Jarir at-Thabari, Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi dan beberapa ulama kenamaan lainnya saking intimnya dengan ilmu sampai gak sempat nikah. Jomblo minal mahdi ilal lahdi. Single fi sabilillah. Imam Sibawaih sampai-sampai menceraikan istrinya gara-gara merecoki kegiatannya menulis kitab. Sedemikian cintanya ulama dengan ilmu, ngeri-ngeri sedap lah. Ini mengandung pelajaran bagi para istri ag

Sawang Sinawang

Salah satu ujian berat bagi seorang pendidik adalah melihat peserta didik yang tidak sesuai harapan. Awal-awal menjadi guru rasa frustasi mengahadapi ketidakmampuan siswa mungkin jamak dirasakan. "Ngene wae gak isoh!" Makin dipikir makin puyeng lah... Bagaimana mengahadapi situasi tertekan semacam itu? Kembalilah menjadi menjadi siswa. Bayangkan kembali keadaanmu dulu saat menjadi siswa. Bisa apa saat itu? Apakah lebih baik atau sebaliknya? Resep ini biasanya manjur untuk ngademin hati. Sewaktu jadi guru ngaji di sebuah SD, saya sering geregetan dengan anak-anak yang sulit menghafal. Saya kemudian insyaf, sewaktu SD hafalan saya lebih sedikit dari mereka. Sewaktu membaca makalah mahasiswa yang mengenaskan, saya bisa kalem dengan mengingat betapa gak bermutunya makalah saya dulu (sampai sekarang). Guru sering stress dengan kondisi siswa karena menggunakan standar yang salah sebagai ukuran. Membandingkan kemampuan siswa dengan kemampuan guru tentu tak adil. Mari sama-sama

Kopi

 Bismillah /  Siti Kahwa /  kunikahen ko orom kuyu /  wih kin walimu / tanoh kin saksimu /  Lo kin saksi kalammu (Bismillah /  Siti Kahwa (dari kata Arab 'qahwah', kopi) /  kunikahkan dikau dengan angin /  air walimu /  tanah saksimu /  matahari saksi kalammu )  ~Mantra petani Gayo saat menanam kopi . Kopi lekat dengan keseharian kita. Tradisi ngopi tumbuh dan berkembang bersama peminumnya. Ia tak sederhana, rumit seperti dirimu. Kisah kopi dimulai ketika kaum sufi ngobrol-ngobrol dengan penggembala Etiopia. Obrolan mereka adalah cikal bakal budaya ngopi di Yaman. . Dua abad setelahnya, kopi sudah go internasional. Kedai kopi sudah jamak ditemui dari Persia hingga Afrika Utara. Tradisi ngopi menjamur tak terbendung. Ia sudah menjadi sajian wajib ketika nongkrong bareng. Mungkin inilah generasi awal anak indie penikmat kopi dan senja. . Ngopi tak hanya lekat dengan kedai pinggir jalan. Para ahli ibadah pun turut menggemari kopi karena bikin melek sehing

Galak

Harun Al Rasyid dapat tamu agak tak lazim pada hari itu. Tamu itu berpenampilan ala ulama tapi ulama yang galak. "Saya ingin menasihatimu, tapi dengan nasihat yang keras!" kata orang itu. Weladalah, orang itu mungkin ngugemi satu hadis bahwa kalimat yang benar (nasihat) di hadapan penguasa yang jahat adalah jihad yang utama. Mungkin juga dia berpedoman pada dalil yang memerintah agar mengatakan kebenaran walaupun itu pahit. Harun adalah khalifah Abbasiyah yang termasuk ahli ilmu, walaupun kadang menganiaya ulama juga. Ia merespon tamunya dengan tak kalah nyelekit. Ia bacakan ayat, “Pergilah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka, bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudah-mudahan ia akan ingat dan takut.” (QS Thaha [20]: 43-44). "Kamu tak lebih baik dari Musa dan aku tak lebih buruk dari Fir'aun, ngunu waé Musa isih dikongkon ngomong sing alus." Jawaban

Secukupnya

Umar menyampaikan pidato pertamanya sebagai khalifah, "Wahai khalayak, saya pemuda dari Bani Mahzum, kecil saya bisa makan karena bibi-bibi saya punya kebun kurma. Kalau saya memanen diupahi beberapa biji, dan itu menjadikan saya tetap hidup." Dah, gitu aja sebagimana dikutip dalam kitab Hayati Shahabi. Umar mengingat bahwa nikmat tertinggi yang diraihnya bukanlah menjadi khalifah tapi makan kurma sehingga dia tetap bertahan hidup. Umar tak menetapkan standar yang tinggi untuk bahagia, sehingga setiap saat ia dapat meraihnya. Tak banyak berharap berarti tak akan banyak kecewa. Ada seorang raja dapat hadiah gelas. Sang raja sangat menyukainya. Dia bertanya kepada penasihatnya, "Apa yang sebaiknya saya lakukan dengan gelas ini?" Dijawab, "Sebaiknya Engkau tak memilikinya." Raja tak menggubris, dipakainya gelas itu setiap kali minum. Tak mau menggunakan gelas lain. Apes, akhirnya gelas itu pecah. Ia sedih bukan kepalang. Minum dengan gelas lain jadi

Jalanku

Jalan hidup tak seperti rel kereta api yang lurus dan lempeng dari ujung ke ujung. Jalan hidup lebih mirip dengan jalan di kampungku, Dusun Sidorejo, Desa Jeblogan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur yang sejak zaman Soekarno hingga Joko Widodo belum pernah mencium bau aspal. Jalan yang terjal, meliuk-liuk, penuh tantangan. Jalan kampungku memang rusak, tapi masih mampu memberi kemanfaatan bagi orang banyak. Hampir setiap hari dilalui jamaah yasinan dari kalangan muda maupun tua, pria juga wanita. Tak ketinggalan pula kelompok santri TPA, madrasah dan santri pondok, ada pula tamu-tamu bancaan, pengajian, istigasahan dan seabrek acara keagamaan lainnya. Tukang mabuk, PSK, rentenir dan kawan-kawannya juga lewat sana. Jalan yang remuk tapi tak melulu buruk. Mari memberi manfaat meski kita sendiri belum tentu selamat. Mari berbagi walaupun kita masih layak dikasihani. Jalan hidup kita tak mungkin datar dan lurus tapi amal baik kudu jalan terus.... Jalan kamp

Kecil

Dalam mitologi Yunani, Akhilles adalah prajurit tangguh dalam perang Troya. Konon, seluruh tubuhnya kebal terhadap senjata kecuali tumitnya. Akhilles beneran mati gara-gara tumitnya terluka padahal sepanjang kariernya dia dapat dengan mudah menaklukkan musuh-musuh ganas. Gara-gara tumit setitik, roboh tubuh seluruhnya. Hal kecil seringkali mengacaukan perkara besar. Dalam khazanah China ada penggambaran menarik mengenai ini. Karena sebuah paku copot, lepaslah tapal kuda. Karena tapal copot, pincanglah kudanya. Karena kuda pincang, pengiriman pesan jadi terlambat. Karena pesan terlambat, sebuah pasukan hilang arah. Karena pasukan bingung, mereka kalah dan binasa. Yah, karena satu paku kecil itu sekian banyak nyawa melayang. Hal-hal kecil tak bisa diremehkan. Demikian pula pekerjaan yang dianggap kecil. Apapun pekerjaan seseorang, apapun peranmu, jangan merasa sepele. Bisa jadi keberlangsungan semesta ini tergantung padamu. Bukankah kentut yang kita anggap sepele ternyata tak

Tiba-Tiba

Suatu ketika saya dibelikan pistol-pistolan oleh ibu saya. Mainan itu dibeli dengan seluruh “gaji” ibu saya. Ya, seingat saya memang semahal itu harganya. Mainan itu memang keren luar biasa. Saya pamerkan petentang-petenteng kemana-mana. Wajah melas yang sebelumnya saya jadikan senjata agar dibelikan mainan itu musna sudah. Top dah! Tragis, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ketika saya bermain bola, mainan itu terinjak hingga pecah. Ambyar. Rusak. Berantakan. Seperti hati pemiliknya. Saya menangis. Sedih luar biasa. Bukan hanya karena kehilangan mainan, tapi saya ingat bahwa mainan itu dibeli dengan sangat mahal. Saya menangis karena meratapi kegoblokan diri sendiri. Sepanjang sore itu air mata banjir tanpa terkontrol. Ibu saya ikut menangis. Bertahun berikutnya saya mulai menyadari makna dari tragedi itu. Semua yang ada di dunia ini tidak pernah benar-benar menjadi milik kita. Betapapun cintanya kita pada sesuatu, perasaan itu tak mampu menahannya untuk pergi bila memang

Pertengahan

Ikarus dan ayahnya merencanakan pelarian paling bersejarah. Mereka hendak melepaskan diri dari kurungan sang raja dengan terbang menggunakan sayap buatan. Ayah Ikarus adalah arsitek handal di Athena. Dia lah perancang labirin yang mengurung Minotaur, monster berkepala banteng. Berbekal lilin dan bulu-bulu unggas yang disediakan untuk menghangatkan tubuh, mereka membuat sayap imitasi. Segera setelah sayap itu jadi, mereka terbang melewati tembok kota dan melayang menyeberang lautan. Ayah Ikarus memperingatkan anaknya agar terbang tak terlalu tinggi maupun rendah. Jika terlalu dekat dengan matahari, lilin perekat sayap akan mencair. Jika terlalu rendah, pasukan raja dapat memanah mereka. Ikarus terbang bagai manusia burung. Ia merasa seperti dewa, ia melesat dengan kebanggaan menuju matahari. Ia terbang meninggi kemudian mati, sebab sayapnya ambyar dan dirinya terjun bebas menghantam lautan. Menjadi moderat, pertengahan atau wasathiyah adalah cara aman bertahan hidup. H

Profesional

Tahun ini ada sekitar 2000 musisi yang mendaftar jadi pengamen di pusat kota Melbourne, tapi hanya 140 yang dapat izin beraksi. Audisi yang mereka lalui cukup berat, mereka harus memenuhi kualifikasi kelayakan. Meski panggung mereka cuma di jalanan Bourke Street Mall, tapi talenta yang mereka tampilkan bukan kelas ecek-ecek . " Selak ijo mas, selak ijo mas, selak ijo..." Crek crek . Bukan! Intip saja di YouTube pakai kuota gratisan. Setahu saya, Australia adalah salah satu negara yang sangat menghargai diferensiasi profesi. Semua orang memiliki peran yang mesti dihargai. Masyarakat tak meremehkan kuli sebab tanpa kuli gedung-gedung tinggi tak akan berdiri, fasilitas umum juga tak bisa ujug-ujug datang sendiri. Gaji pekerja kasar di negeri itu bahkan lebih tinggi dari gaji dosen. Penghargaan bagi setiap profesi berbanding lurus dengan tuntutannya. Ngamen dihargai tapi untuk jadi pengamen harus profesional. Dosen dihargai tapi harus memenuhi standar kompetensi. Demiki

Buku-buku

Imam Malik meminta pendapat para ulama mengenai kitab yang ia tulis. Para ulama kompak menyetujui konten kitab itu, karenanya kitab itu dinamai Al Muwaththa. Tak butuh waktu lama keberadaan kitab itu segera populer. Khalifah menawarkan agar kitab itu diperbanyak dan salinannya ditaruh di pintu-pintu Masjidil Haram supaya bisa dibaca khalayak. Imam Malik menolak tawaran khalifah sebab melihat Islam sudah meluas ke penjuru dunia, pemikiran fikih pun makin majemuk. Imam Malik tak ingin menyeragamkan pemahaman yang fitrahnya memang beragam. Khalifah geram, Imam Malik dianiaya sedemikian rupa. Imam Malik tak takut dengan perbedaan pendapat. Bahkan ketika banyak kitab Muwaththa KW yang beredar, beliau menyikapinya dengan yakin bahwa hanya kitab yang ditulis dengan ikhlas yang akan bertahan dan tetap dibaca. Imam Malik tak memerintahkan murid-muridnya untuk merazia kitab-kitab yang berlainan dengan karyanya. Jauh setelah masa itu lahirlah kaum yang suka merazia buku. Buku penduk

Islam Repot

Ada sahabat Nabi yang masih hidup di masa tabi'in. Suatu ketika saat ia hendak shalat berjamaah untanya kabur, padahal sudah iqamah . Sahabat tersebut gak jadi shalat malah mengejar untanya. Alhasil ia telat shalat. Selesai shalat ia dikomentari tabi'in, "Lihat orang tua ini, begitu cinta dunia. Dia hidup di masa Nabi tapi lebih mendahulukan unta daripada shalat mendapati takbir bersama imam." Sahabat tadi menangis, "Aku melakukan ini di masa Nabi tak jadi masalah, kenapa di masa tabi'in jadi masalah." Ia melanjutkan, "Aku ini sudah tua, kalau untaku hilang lantas bagaimana aku pulang?" Sahabat ini menangis karena prihatin, di masa Nabi berislam itu gampang, kok di masa selanjutnya jadi susah. Makin hari mengamalkan Islam makin repot. Pemahaman agamamu bikin repot gak?

Imperfections

Mbokku pernah memuji mobil baru seorang kerabat yang suaranya tak berisik seperti mobil kebanyakan kala itu. Makin senyap suatu mobil bakal dicitrakan makin mewah. Lantas belakangan ini muncul mobil listrik yang benar-benar bisu. Kebisuan yang semula diidamkan berbalik dikhawatirkan. Mobil tanpa suara berpotensi memicu kecelakaan karena kehadirannya kurang disadari pengemudi lain. Dari hal tersebut pak menteri sampai kepikiran bikin regulasi agar mobil listrik dibuat agak bersuara.   Kesempurnaan adalah ketidaksempurnaan lain. Sebagai tukang pasang gas elpiji, saya pernah kepikiran alangkah enaknya kalau bau gas itu tak bikin mblenger. Di waktu kemudian saya dapat referensi yang mengabarkan kalau gas elpiji ternyata memang sengaja dibikin bau. Elpiji yang mulanya tak berbau dikhawatirkan tak teridentifikasi bila tabungnya mengalami kebocoran. Ketidaksempurnaan elpiji ternyata punya makna yang tak banyak dipahami.  Hidung pesek mungkin dianggap kekurangan, tapi kata mbokku itu

Insyaallah

Nabi didatangi orang-orang Quraisy yang hendak bertanya ini itu. Karena pertanyaannya sulit, Nabi menjanjikan jawabannya esok hari. Meski seorang nabi, beliau gak ujug-ujug tahu semua hal. Ada perkara yang beliau perlu pelajari dulu atau nunggu petunjuk wahyu. Lama ditunggu, dilalah karsaning Allah wahyu gak turun. Hampir setengah bulan belum ada solusi padahal yang tanya rutin nagih tiap hari. Ada apa gerangan? mcrgknskl ! Di tengah kebuntuan turunlah kode dari Ilahi, Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi, kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” (Alkahfi: 23-24) Ternyata eh ternyata Nabi khilaf, lupa mengucapkan insyaallah . Kalimat insyaallah ini "ajaib" sekali. Berabad-abad sebelumnya, Nabi Sulaiman pernah "mendatangi" seratus istrinya dalam semalam. Niat hati ingin punya anak lelaki sebanyak mungkin yang kelak bisa jadi mujahid. Eh ternyata cita-citanya gagal, usut punya usut ternyata N

Pemaaf seperti Air

Dalam ilmu fikih, kesucian air yang lebih dari dua kulah tak hilang meski kecemplungan seuprit najis. Tak hanya suci, air tersebut masih sanggup menyucikan sesuatu dari hadas dan najis. Fitrah (sifat bawaan) air adalah suci (Al Furqan: 48), demikian pula fitrah manusia. Jika kita sanggup memaafkan air yang terkena najis bahkan menjadikannya sarana bersuci, alangkah lebih bermanfaat jika kita memaafkan manusia yang memiliki aib dan memberinya kesempatan untuk berbuat baik bahkan menjadikan kita lebih baik. Seseorang yang mencari teman yang tak memiliki kekurangan gak bakal punya teman selamanya. Nasihat imam Syafi'i tersebut ngena banget. Kita mesti membiasakan diri dengan ketidaksempurnaan, termasuk dalam diri kita sendiri. Selevel sahabat Nabi pun masih ada yang suka mabuk kok, saking menjengkelkannya sahabat lainnya menjulukinya keledai. Manusia seperti ini pun masih disayangi Nabi, bahkan menyebutnya dalam golongan orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Ngebus

Ngebus sambil dipaksa nyimak talk show kebangsaan dengan narasumber pak sopir, kondektur dan seorang penumpang. Temanya random dari otokritik tentang korupsi hingga jaminan perlindungan hukum dan HAM. Menariknya, soal masalah politik ketiganya punya jagoan yang berbeda: Jokowi, Soeharto dan SBY. Jokowi dianggap bebas korupsi, SBY tegas dan Soeharto agak sulit saya simpulkan. Berkaitan dengan korupsi, ketiganya sepakat bahwa masalah ini bakalan sulit diselesaikan, jika tak dikata mustahil. Korupsi adalah budaya yang langgeng dari generasi ke generasi. Mereka sumeleh bahwa lapis masyarakat kelas bawah pun melakukan tindak korupsi. Kuli bangunan korupsi semen, mandornya korupsi upah, mereka sendiri juga korupsi, IYKWIM. Pembahasan berpindah ke hak-hak warga negara. Mereka beropini hendaknya negara tak ikut campur dalam ranah privat. Judi misalnya, semestinya dilegalkan karena setiap orang berhak menggunakan uangnya sesuai keinginannya. Diskursus perdebatan antara komunitarianism

Sepuluh

Sebentar lagi Google bakal merilis penerus Android Pie. Selama ini Android selalu dinamakan dengan berbagai jenis makanan secara alfabetis. Apakah nama berikutnya adalah Quaker Oats? Tidak. Android berikutnya akan disebut Android 10. Alasannya biar lebih simpel dilafalkan segala penutur bahasa. Di luar alasan itu, angka "sepuluh" memang cukup populer di Silicon Valley. Sebelum diubah jadi MacOs, sistem operasi Mac-nya Apple bernama OsX (X adalah angka Romawi untuk 10). iPhone terbaru disebut iPhone X padahal edisi sebelumnya adalah iPhone 8, bukan iPhone 9. Sebelumnya, Microsoft sudah duluan melewati angka 9 dalam penamaan Windows, dari Windows 8.1 lompat ke Windows 10. Konon, lompatan 8 ke 10 menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dalam update yang digulirkan. Angka sepuluh juga populer dalam Alquran. Dalam Al Fajr, Allah bersumpah dengan 10 malam. Masa Iddah wanita adalah empat bulan lebih 10 hari. Kafarat sumpah adalah memberi makan 10 orang miskin. Balasan

Ibukota

Pak Jokowi baru saja mengumumkan bahwa ibukota bakal dipindah ke Kalimantan Timur. Respon warga republik ini beraneka. Guru Hindu saya antusias menanggapi pilihan ini. "jayaty-atibalaḥ śrīmān śrī-mūlavarma nṛpa" — Yupa Kutai, 6. Indonesia ibarat praktik CLBK, "sandal teklek cemplung kalèn, timbang golek mending balen". Balik ke ibukota era Kerajaan Kutai Kartanagara. Mas Agus tak ketinggalan momentum, "Ibukota boleh ganti, tapi ibu dari anak-anakku tetap harus kamu." Ya sak karepmu. Yang menanggapi pemindahan ini dengan komentar-komentar super serius juga ada. Bawaan orang kan beda-beda. Mau komentar apa bisa saja, karena bersuara tak sesulit mendapatkan izin membangun gereja. Mindahin ibukota banyak dipraktikkan sejak dulu. Dalam peradaban Islam misalnya, ibukota sudah berpindah berkali-kali. Madinah, Kufah, Damaskus, Hirah, Anbar, Baghdad, Samara, balik ke Baghdad dan masih berpindah lagi di era Turki Utsmani. Pindahnya ibukota biasa diikut

Netnya NET.

Meski saya tak pernah punya TV, tapi saya tahu betapa kerennya kualitas NET. dari YouTube. Acara di NET. nampak gak kacangan. Konsepnya matang, kualitas gambarnya memanjakan mata. Acara Music Everywhere misalnya, jelas bisa kita rasakan bedanya dengan acara musik lain yang komentatornya ngoceh sepuluh kali lebih lama dari penampilan penyanyinya. Drama sitkomnya juga segar, gak jual anarkisme. Overall classy banget lah stasiun televisi ini. But, let confuse people , belakangan ini NET. dikabarkan mengurangi karyawannya, intinya sedang susah. Kenapa channel yang sekeren itu akhirnya harus terseok? Ya karena yang nonton sedikit. Masyarakat yang masih gandrung nonton TV umummnya penyuka tayangan yang lebay atau alay . Sinetron kejar tayang, dagelan gebuk gebukan, reality show yang tidak realistis dll. adalah kesukaan kebanyakan penonton TV. Segmen yang mungkin dibidik NET. adalah kelompok muda dan kelas menengah. Masalahnya, mereka lebih dekat dengan YouTube daripada TV. Non

Buku Laku

Sewaktu kuliah, kira-kira semester tiga, saya diajak teman saya jualan buku. Saya menjajakan dagangan di bawah pohon dekat masjid kampus. Saya baru sadar kalau yang seperti itu mungkin terlihat keren seperti lakon di FTV. Skip. Skip. Intinya saya jualan di kampus, sentra muda-mudi haus ilmu, penikmat buku. Teorinya begitu, ternyata keliru. Tak butuh lama untuk saya dan teman saya gulung tikar sebab khalayak tak meminati buku. Belakangan saya tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara paling rendah budaya bacanya. Penduduk NKRI harga mati ini tak biasa bermesraan dengan aksara. Lha wong berita online saja cuma dibaca judulnya... Nah, demikianlah kira-kira dunia di sekitar saya. Makanya, ketika menulis sebuah buku saya tak terlalu muluk-muluk pengin hasilnya diterima alias banyak dibaca. Buku-buku yang lebih bermutu dari tulisan saya saja banyak yang berakhir jadi barang obralan kok. Tahu diri lah.... Kalau disuruh mati-matian ngiklan biar bukunya laku, saya juga ogah-ogahan

Outfit

Ada kaidah umum yang berlaku di Al-Anwar, diajarkan langsung oleh Mbah Moen: زاد خشوعا زاد جهلا Makin khusyuk, makin goblok. Maksudnya khusyuk tapi gak pakai ilmu. Ali bin Abi Thalib pernah curhat bahwa selama jadi khalifah beliau paling ruwet menghadapi dua jenis orang: berilmu tapi fasik dan berpenampilan khusyuk tapi bodoh. Nah, jenis yang kedua lebih bahaya dari yang pertama. Gus Baha pernah mewanti-wanti agar jangan terlalu menampilkan kekhusyukan, ntar dikira wali. Yang model begitu rawan dimintai fatwa, padahal gak mudeng apa-apa, malah menyesatkan. Menonjolkan sisi manusiawi itu perlu. Nabi saja pernah lupa bilangan rakaat shalat, bukan aib untuk beliau tapi kemudahan untuk kita. Lagian kalau Nabi Muhammad terlalu sempurna, bisa-bisa malah disembah sebagai tuhan seperti rasul sebelumnya. Wadidaw!

Nongkrong

Sebelas tahun lalu, saya dan teman saya mbolang dini hari. Kami nongkrong di lincak cor-coran dekat makam Congculi, akronim dari pocongan diuculi. Generasi penikmat serial pocong Si Mumun jelas kenal istilah macam itu. Duh, jebakan umur! Saya yang ndableg, ya santai saja nongkrong di tempat angker macam itu. Eh, sebelum salah sangka, saya tegaskan bahwa saya tidak sedang mencari pesugihan di sana. Ceritanya, saya sedang jadi panitia acara uji nyali, tenan! Anehnya, makin lama kok makin ramai. Saya jadi mikir apakah orang-orang punya hobi nongkrong di kuburan. Ada yang sekadar lewat, ada yang masuk ke area makam. Lha ini, mulai agak horor. Beberapa saat kemudian saya baru nyadar kalau saat itu adalah malam satu Muharram, sama seperti malam ini. Malam tahun baru yang juga identik dengan ziarah kuburan. Yah, sedari tadi ngoceh ini sebenarnya cuma prolog untuk mengingatkan bahwa saat ini kita telah memasuki tahun 1441 hijriah. Selamat merayakan tahun baru ini dengan cara masing-m