Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Anshar

Suatu ketika Anas bin Malik ditanya mengenai siapakah sebenarnya yang memberikan gelar ‘anshar’ kepada muslim Madinah. Anas menjawab bahwa Allah lah yang memberikan nomenklatur tersebut. Anshar artinya penolong. Kisah tentang anak yatim yang ingin mewakafkan tanahnya untuk pendirian Masjid Nabawi atau Sa’ad bin Rabi’ yang menawarkan separuh hartanya untuk Abdurrahman bin Auf adalah contoh kecil dari kemuliaan Kaum Anshar. Kebaikan dan kemurah-hatian Kaum Anshar adalah perwujudan dari mencintai saudara melebihi diri sendiri. Allah berfirman, “Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” Suatu ketika seseorang datang kepada Nabi untuk mengadukan kesusahannya, qadarullah hari itu keluarga nabi tidak memiliki apa-apa selain air. Kemudian Beliau bersabda kepada para shahabatnya, 'siapa bersedia menjamu t

Resik

Ratu Isabella (1451-1504) yang berkuasa dalam masa pembantaian umat Islam Andalus tercatat tidak pernah mandi, kecuali pada tahun 1469. Raja Henry IV dari Prancis dikenal sangat bau sampai-sampai tunangannya jatuh pingsan saat mendekatinya. Selain dua orang ini, bangsa Eropa masa lampau konon memang tidak terbiasa mandi. Mereka adalah representasi dari kaum yang permisif terhadap berbagai urusan termasuk thaharah. Sebaliknya, thaharah justru menjadi dilema bagi sebagian kaum yang lain. Bagi umat Yahudi klasik, misalnya, meyakini bahwa najis tidak boleh disentuh sama sekali. Andaikan kulit terkena najis maka ia harus dikelupas, tidak cukup disucikan dengan air. Syariat bagi Kaum Yahudi memang dikenal rigid dikarenakan sikap mereka yang terlalu banyak bertanya. Urusan memancing atau makan lemak hewan saja bisa membuat mereka dilaknat Allah. Bagi Islam, thaharah bukan hanya urusan membersihkan diri tapi juga jiwa. Ia tidak disepelekan tapi juga tidak memberatkan. 'Utsman bin 'Affa

Doa yang  Menyebalkan

Salah satu hikmah Nabi Muhammad berasal dari Arab adalah beliau menghadapi salah satu kaum terburuk dalam sejarah. “Orang-orang Arab Badwi itu, lebih kuat kekafiran dan kemunafikannya, dan teramat wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya.” (At-Taubah: 97) Hal ini menyuguhkan ibrah luar biasa bahwa seburuk-buruknya umat bisa menjadi sebaik-baik umat dikarenakan Islam yang disampaikan sang uswah hasanah. Suatu ketika seorang Badwi kencing di Masjid Nabawi hingga sebagian shahabat geregetan ingin menghajarnya. Rasulullah lantas berkata, "tinggalkan dia, dan janganlah kalian menghalanginya." Ulama menjelaskan bahwa sebagian hikmah dari sikap Nabi adalah mencegah Si Badwi kaget dan mendadak menghentikan kencingnya sehingga membahayakan kesehatannya. Selain itu, tidak bersikap emosional juga menghindari risiko Si Badwi merasa terancam, bergerak tiba-tiba dan najisnya muncrat kemana-mana. Nabi mendekati Si Badwi dan menjelaskan bahwa tempat itu adala

Kenangan yang Mendamaikan

Pasukan muslim menuju Hunain dengan penuh keyakinan, mereka belum pernah memiliki jumlah sebesar itu sebelumnya. Di pihak lain, Malik bin 'Auf an-Nashri jenderal Kabilah Hawazin menginisiasi strategi perang yang belum pernah terpikirkan Bangsa Arab. Ia dan pasukannya menuju Lembah Authas dengan membawa wanita, anak-anak dan hewan ternak. “Aku ingin setiap personil berperang untuk mempertahankan keluarga dan harta mereka” , katanya. Itu mungkin ekspresi keputusasaannya setelah mendapatkan pukulan telak dari kabar kekalahan Suku Quraisy, suku super power . Jumlah muslim yang banyak ternyata tidak memberikan manfaat di awal pertempuran. Kabilah Hawazin menggempur dengan tiba-tiba, menghujani pasukan muslim dengan anak panah. Para mualaf yang belum teguh imannya lari meninggalkan peperangan, merusak keseluruhan formasi pasukan. Mereka tidak lagi mempedulikan panggilan Rasulullah. “Dan ingatlah peperangan Hunain, ketika waktu itu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah mereka, mak

Karier Ummahatul Mu’minin

Salah satu keutamaan ibunda Zainab binti Jahsy, sebagaimana disampaikan oleh ibunda Aisyah, adalah beliau bekerja dengan ketrampilan tangannya dan bersedekah dari hasilnya. Zainab memiliki ketrampilan menyamak kulit, menenun hingga berdagang minyak wangi. Aisyah radhiyallahu ‘anha sendiri memiliki keahlian sebagai seorang guru yang mendidik kaum perempuan maupun lelaki. Beliau adalah wanita yang sangat cerdas sekaligus yang paling fasih berbahasa Arab. Aisyah juga mewarisi keahlian yang dimiliki Abu Bakar yakni ilmu nasab. Ilmu nasab adalah hal yang sangat penting dalam masyarakat Quraisy (juga Islam) sebagaimana ilmu syair, yang juga dikuasai Aisyah. Sungguh besar hikmah Nabi menikahi Aisyah yang begitu cerdas sehingga dapat menampung berbagai ilmu dari Nabi maupun orang lain. Urwah bin Zubair, putra Asma’ binti Abu Bakar, pernah bertanya kepada Aisyah tentang  ilmu pengobatan yang dimilikinya. Aisyah lantas menjelaskan bahwa ketika Nabi sakit banyak tabib yang menawarkan berbagai ob

Tangis Anas bin Malik

Imperium Persia yang berusia seribu tahun akan sepenuhnya dirobek kaum muslimin setelah Perang Nahawand. Sebelum pertempuran tersebut pasukan muslim sempat mengalami kesulitan yang luar biasa untuk menaklukkan benteng terakhir dan terkuat milik Persia, Tustar. Di dalam benteng tersebut, Hurmuzan, jendral Persia yang melarikan diri setelah kalah dalam perang Qadisiyah, bersembunyi dari gempuran mujahid dengan sesekali juga melancarkan serangan-serangan. Setelah beberapa bulan pasukan muslimin selalu gagal mendobrak pagar Persia yang tinggi tebal, dikelilingi parit dan penuh jebakan tersebut. Jalan terang baru muncul setelah pasukan muslim menemukan lorong rahasia untuk memasuki benteng dan membuka gerbangnya dari dalam. Akhirnya, Abu Musa al Asy’ari dan pasukannya berhasil menaklukkan pasukan musuh dan menawan Hurmuzan saat fajar menyingsing. Kemenangan di Tustar selayaknya membahagiakan kaum muslimin tapi tidak demikian bagi Anas bin Malik. Beliau justru menangis karena mengingat ‘pemb

Menangisi Dunia

“Seandainya aku mengangkat sebuah batu niscaya aku temukan emas di bawahnya,” kurang lebih demikian Abdurahman bin Auf menggambarkan bagaimana dunia tunduk padanya. Beliau adalah konseptor sekaligus ‘living model’ bagaimana semestinya seorang muslim mendapatkan kemudian menempatkan harta. Pasca hijrah, Abdurrahman bin Auf menolak tawaran harta dan istri dari saudara ansharnya, Sa’ad bin Rabi’ dan hanya minta ditunjukkan lokasi pasar. Pada titik ini tergambar bahwa Abdurrahman bin Auf memiliki konsep yang jelas untuk mendapatkan harta dari titi nol. Beliau secara gamblang mencontohkan bagaimana memulai bisnis sebagai minoritas (muhajirin), miskin (karena seluruh hartanya ditinggal hijrah) dan di tempat yang sangat tidak mendukung (Pasar Yahudi Bani Qainuqa). Abdurahman bin Auf memiliki dua belas istri dan enam “ummahatul aulad” (budak wanita yang melahirkan anaknya). Bukan kebetulan jika mayoritas dari istri beliau berasal dari Bani Abdi Syams (Bani Umayyah, keluarga Utsman) yang merupa

Iftitah

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. اللَّهُمَّ إنِّي أسَألُكَ مِنْ خَيْر مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ محمَّدٌ–صلى الله عليه وسلم؛ وأعوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا استَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ–صلى الله عليه وسلم، وأنتَ المُسْتَعانُ، وَعَليْكَ البَلاَغُ، وَلاَ حَولَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ باللهِ.