Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Hitam Putih

Hajjjaj bin Yusuf berkata, “Orang yang berakal adalah orang yang menyadari aibnya sendiri.” “ Lha , aibmu apa?” tanya Abdul Malik. “Aku ini pendengki dan pendendam.” “Gak ada dalam diri iblis, sifat yang lebih buruk dari keduanya.” kata Abdul Malik. Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi adalah Menteri Pertahanan Daulah Bani Umayah rezim Abdul Malik bin Marwan. Ia adalah salah satu tokoh paling rumit dalam sejarah penyebaran Islam. Imam adz-Dzahabi menggambarkan Hajjaj sebagai orang yang zalim, bengis, pembenci keluarga nabi ( ahlul bait ), keji, gemar menumpahkan darah, pemberani, lancang, penipu, licik. Hajjaj adalah pelaku pelanggaran HAM berat. Ia tidak meng-kriminalisasi ulama, tapi membunuh mereka seringan main cap-cip-cup kembang kuncup.  Hajjaj pernah memblokade Makkah selama berbulan-bulan untuk menumbangkan kekuasaan Abdullah bin Zubair. Ia menggempur kota itu hingga porak-poranda, bahkan Ka’bah pun turut remuk. (Baca: Aku Adalah Ibu Orang yang Disalib Itu! ) Rentetan kekejaman Hajjaj

Letterlijk

Khawarij bukan main dendamnya kepada Ali bin Abi Thalib. Agak aneh rasanya, kaum yang ibadahnya tekun, bahkan membuat minder orang yang melihatnya, bisa sebenci itu dengan khalifahnya. Khawarij bahkan disebut sebagai Asy-Syurrah, sebab mereka mengatakan bahwa telah menjual dirinya ( syaraina ) dalam ketaatan kepada Allah. Untuk mengatasi sesat pikir kaum Khawarij, Ali mengirim Ibnu Abbas. Kaum Khawarij memang sesat tapi dalilnya lengkap, akan cocok bila dihadapkan dengan Ibnu Abbas, ulamanya para shahabat. Ibnu Abbas memulai dialog dengan pertanyaan sederhana, “Apa yang membuat kalian dendam kepada Ali?” Khawarij menjawab, “Ada tiga hal yang menyebabkan kami benci kepadanya: Pertama, ia menyerahkan keputusan hukum dalam urusan agama kepada manusia, padahal Allah berfirman, “Menetapkan hukum itu hanya hak Allah.” Kedua, ia berperang tapi tidak menawan pihak musuh dan tidak pula mengambil ghanimah (rampasan perang). Kalau lawannya kafir, harta mereka halal, sebaliknya andai mereka mukmi

Menulis

Ibnu Abbas dengan fasih menyampaikan seabrek ilmu agama dalam majlisnya. Di antara kerumunan manusia yang menyimak ucapan-ucapan penuh berkah itu ada seorang lelaki berkulit gelap dan berambut keriting bernama Said bin Jubair. Said adalah salah satu murid utama Ibnu Abbas, keduanya seperti bayangan dan bendanya. Pada gilirannya, Said akan menjadi ulama besar di era tabiin. Kunci belajar Said bukan hanya kebiasaannya nempel terus dengan sang guru tapi semangatnya menulis ilmu. Dalam perkuliahan Ibnu Abbas, Said mencatat materi di lembaran-lembaran, jika habis maka ia tulis di kulit sepatunya, jika habis maka ia tulis di tangannya. Sebagaimana pesan ayahnya kepadanya, ilmu harus dihafal dan terutama ditulis. Tulisan akan membantu jika ingatan pergi sewaktu-waktu. Menulis adalah pekerjaan para ulama, sementara membaca adalah istirahatnya. Menulis tak selalu mengikat ilmu, ia juga pengikat gagasan. Pada suatu malam Imam Bukhari nglilir , bangun dari tidurnya. Ia lantas menyalakan lampu dan

Makan Bersama

Cahaya dhuha mulai merekah di Kota Madinah. Rasulullah beranjak dari masjid menuju bilik Aisyah. Beliau bertanya, “ hal ‘indakum syai’un —apakah kamu punya sesuatu (untuk sarapan)?” Jika ada makanan maka beliau makan, jika tidak ada maka beliau berpuasa. Hal ini menjadi rujukan para ulama bahwa niat puasa sunnah boleh saja dilakukan setelah fajar asalkan sebelumnya tidak melakukan hal yang membatalkan puasa. Selain dapat dijadikan dalil mengenai puasa sunnah, diksi dalam pertanyaan Rasulullah sebenarnya   sangat menarik. “Apakah kamu punya sesuatu?” Rasulullah tidak bertanya tentang jenis makanannya, “Apa menu hari ini?” atau lebih spesifik, “Apa kamu punya tempe penyet, sambel teri atau lalapan kemangi?” Tidak. Beliau hanya bertanya tentang ada tidaknya makanan. Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa kenikmatan bersantap bukan masalah tempat atau jenis makanannya. Beliau yang biasa berlaku mesra dengan menggigit makanan di bekas gigitan Aisyah, misalnya, menjadikan jenis makanan tid

Each Gives What He Has

Orang-orang zalim makin gencar merecoki perjuangan Nabi Isa. Ada-ada saja akal-akalan mereka untuk menggembosi laju dakwah. Nabi Isa adalah satu satu dari ulul azmi , golongan rasul yang memiliki ketabahan luar biasa, yang berarti pula memperoleh cobaan yang luar biasa. Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam adalah rasul lain yang mendapat gelar tersebut. Yang bikin heran hawariyun , para pengikut Nabi Isa, makin pahit cacian kepada sang nabi, makin manis tanggapan beliau. Seorang dari hawariyin bertanya, “Makin pedas perkataan mereka padamu, kok makin santun perkataanmu kepada mereka? Apa tidak membuat mereka makin berani menghinamu?” Nabi Isa menjawab, “Setiap manusia hanya sanggup memberi dengan sesuatu yang dia punya.” Para nabi berdakwah dengan merangkul, bukan memukul. Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam memberikan contoh yang gamblang bahwa perbedaan suku atau agama tak semestinya menghalangi manusia untuk saling menghormati. Rasulullah pernah

Ulama Pemerintah

Maslamah bin Abdul Malik berujar, “Sesungguhnya di Kindah ada tiga orang yang berkat mereka, Allah menurunkan hujan... dan memberi mereka kemenangan atas musuh... salah satu dari mereka adalah Raja bin Haiwah.” Raja’ adalah pemuka ulama di era tabiin, satu shaf dengan Alqasim cucunya Abu Bakar dan Muhammad bin Sirrin. Raja’ lahir di Palestina, sejak kecil dirinya sudah digrojok dengan ilmu. Gurunya berderet panjang dari Abu Said Alkhudri, Abu Darda, Abdullah bin Amr hingga Muawiyah yang lainnya. Salah satu prinsip hidup Raja’ adalah amal adalah penghias ilmu, dan kelembutan adalah penghias amal. Raja’ adalah pribadi yang berbeda dari kebanyakan ulama di masanya atau masa sebelumnya yang cenderung menjauhi politik praktis. Raja’ menjadi menteri yang mendampingi para Khalifah Bani Umayyah dari era Abdul Malik bin Marwan dan beberapa orang setelahnya. Nempel dengan penguasa bukanlah hal yang mudah bahkan untuk ulama, namun Raja’ membuktikan konsistensinya dalam menyuarakan kebaikan dalam

Prank

Mughirah bin Syu’bah adalah bagian dari pasukan yang ditugaskan Rasulullah untuk menghancurkan berhala-berhala di Thaif. Ketika ia memukulkan kapaknya pada sebuah berhala, tiba-tiba ia terjatuh dan tak bergerak lagi. Melihat kejadian itu orang-orang musyrik sontak mengira Syu’bah telah kualat karena menantang sesembahan mereka. Orang-orang itu bersorak, “Ia dibunuh berhala Rabbah!” Keadaan makin riuh, kaum musyrik mulai berbangga diri. Mereka sesumbar siapa saja yang menantang berhala itu bakalan kena azab seketika. Ketika para pemuja berhala sedang berada pada puncak ke-PD-annya, tiba-tiba Mughirah   bangkit bikin kaget. Rupanya Mughirah hanya sedang membuat lelucon untuk mengejek mereka. Betapa perih batin para pemuja berhala itu, sakit tapi tak berdarah. Kalau hidup di era ini, Mughirah mungkin sudah didemo karena dianggap menista atau setidaknya dikenai pasal perbuatan tidak menyenangkan.

Empati

Jakfar bin Abi Thalib memegang panji perang dengan tangan kirinya setelah tangan kanannya putus oleh tebasan pedang musuh. Ia bagai sampan kecil dalam kepungan ombak dua ratus ribu pasukan Heraklius. Sabetan pedang, tusukan tombak dan hujan panah menggempur pasukan muslimin tanpa jeda. Tangan kiri Jakfar pun akhirnya terpotong oleh serangan lawan yang membabi buta. Jakfar tak menyerah, ia merangkul panji Rasulullah dengan lengannya hingga ajal menghampirinya. Sembilan puluh luka menganga menjadi saksi kegigihannya mengemban amanah di Perang Mu’tah. Meskipun berjarak lebih dari seribu kilometer dari Madinah, Rasulullah dapat merasakan kecamuk perang Mu’tah seperti tak ada jarak di antara keduanya. Ketika Jakfar syahid, bercucuranlah air mata Rasulullah. Beliau mencium dan memeluk putra Jakfar, mengabarkan kepahlawanan ayah mereka. Rasulullah kemudian bersabda kepada khalayak, “Janganlah kalian teledor untuk membuatkan makanan bagi keluarga Jakfar. Mereka telah disibukkan oleh perkara ke

Mending Mati daripada Putus

Abbad bin Bisyri dan seorang shahabat lain mendapat tugas dari Rasulullah untuk berjaga malam. Ketika rekannya  tidur, Abbad menghiasi tugas jaganya dengan shalat malam. Abbad berdiri dengan khusyuk seakan berbisik dengan Tuhannya. Wajahnya teduh diliputi rona kedamaian, tak tersisa bekas-bekas letih dari perang Dzatur Riqa’ yang baru dilakoninya. Ruhnya tenang mengambang di atas genangan luas cinta-Nya, tak ia hiraukan sebuah anak panah baru saja melesat menancap di tubuhnya. Abbad tak beranjak dari shalatnya. Dua anak panah lagi melesat tepat mengenai dirinya, namun ia belum rela mengakhiri ibadahnya. Setelah dengan khusyuk menyempurnakan shalatnya hingga salam, barulah ia membangunkan rekannya. Rekannya terkejut melihat kondisi Abbad, “Subhanallah, kenapa kau tak membangunkanku?” Abbad menjawab, “Pada saat itu aku sedang membaca surah yang aku tidak ingin memutuskannya. Wallahi, andai tidak akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasulullah kepadaku untuk kujaga, sungguh a

Kausalitas

“Ya Rasulallah!” kata seorang yang sedang memegang tali kekang tunggangannya. “Aku ikat tungganganku ini lalu bertawakal atau aku lepas dan bertawakal?” Rasulullah menjawab, “Ikatlah tungganganmu kemudian bertawakallah!” Jawaban Rasulullah menegaskan bahwa tawakal bukan berarti mengabaikan usaha. Allah dengan kehendak-Nya telah menetapkan hukum sebab-akibat yang berlaku di dunia. Sobat misqin yang hidupnya susah lantaran malas boleh saja mengaku sedang diuji, tapi ia tak bisa terus mengelak bahwa keadaanya tidak lepas dari usahanya sendiri. Ia tidak semestinya diam dan pura-pura menikmati kesusahan sambil menunggu kemakmuran datang menghampiri. Apakah dengan bekerja keras kemakmuran pasti datang? Belum tentu juga, karena hasil tidak ditentukan oleh sebab tunggal. Unta perlu diikat, jodoh perlu dipikat. Jika dalam urusan hewan tunggangan seseorang dituntut berusaha secara nyata sebelum pasrah pada-Nya apalagi dalam urusan lain yang lebih penting. Eits! , tujuan utama dari melakoni sebab

Buah yang Baik

Bolak-balik Mubarak mengambilkan buah delima untuk majikannya tapi tak ada yang rasanya manis. Antara heran dan jengkel majikannya bertanya pada Mubarak, “Apakah kau tidak bisa membedakan buah yang manis dan yang masam, padahal sudah berbulan-bulan kau jaga kebunku?” “Tidak bisa” “Kenapa tidak bisa?” “Karena saya ditugaskan untuk menjaganya, bukan mencicipi.” Sang majikan pun terkesima dengan jawaban lugu tapi mengagumkan itu. Bak kisah dari negeri dongeng, sang majikan yang kebetulan ingin menikahkan anaknya kemudian memilih Mubarak sebagai menantu. Dari pernikahan barakah tersebut lahirlah pribadi luar biasa, penghimpun adab dan ilmu, ulama besar bernama Abdullah bin Mubarak. Buah yang baik biasa hadir dari pohon yang baik. Kemuliaan nasab akan mendorong penyandangnya pada perkara-perkara besar dan mengambil jarak dari perkara remeh. Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam, semulia-mulianya makhluk, adalah putra dari Abdullah, sebaik-baik putra Abdul Muthalib. Abdullah adalah yang pert

Hakim Para Khalifah

Ssst...! Umar bin Khattab mengerem laju tunggangannya. Ia merasa ada yang salah dengan kuda yang barusan ia beli. Ketika kuda tersebut ia bayar dari seorang badui, rasa-rasanya tidak ada yang bermasalah. Merasa dirugikan, Umar langsung banting setir ke tempat si badui. “Ambil kudamu, karena ternyata ia terluka! ” Si badui menolak, “Aku tidak mau mengambilnya. Hai Amirul Mukminin, aku menjualnya kepadamu dalam keadaan sempurna dan sehat.” Umar tidak bisa ngeyel karena argumen si badui juga masuk akal. Umar lantas meminta masalah ini diserahkan kepada seorang hakim. Si badui mengusulkan agar Syuraih bin Alharits yang memutuskan perkara mereka. Setelah sampai kepada Syuraih, mereka mengadukan permasalahan yang tengah terjadi. Syuraih berkata, “Apakah anda menerima kuda itu dalam keadaan sempurna, hai Amirul Mukminin? Umar menjawab, “Ya!” Syuraih pun memberikan putusan kepada Umar untuk menerima kuda itu atau boleh dikembalikan asal kondisinya sempurna sebagaimana ia terima dari si badui.

Basecamp

Saad bin Abi Waqqash dan beberapa shahabat lainnya mlipir ke celah-celah bukit karena hendak shalat. Di tahun-tahun awal dakwah, kaum muslimin harus ngumpet-ngumpet saat beribadah untuk menghindari persekusi dari kaum musyrikin. Nahas, meski sudah bersembunyi ternyata ada rombongan musyrikin yang memergoki Saad dan yang lainnya. Orang-orang musyrik sekonyong-konyong mencela para shahabat bahkan menyerang mereka. Saad lantas menggebuk seorang musyrik dengan tulang unta hingga berdarah. Itulah dari pertama yang dialirkan dalam membela Islam. Sejak bentrokan yang dialami Saad bin Abi Waqqash dengan gerombolan kafir Quraisy, Rasulullah memikirkan perlunya basecamp dakwah yang aman. Setelah menimbang beberapa hal maka Rasulullah memilih rumah Arqam bin Abil Arqam. Terpilihnya lokasi tersebut menunjukkan kecerdasan Rasulullah yang luar biasa. Siapa yang bakal mengira jika pusat pertemuan dakwah justru berada di rumah Arqam yang berasal dari Bani Makhzum alias keluarganya Abu Jahal? Keren!

Shalat Ekspres

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam senantiasa menjaga shalat sunnah, terutama shalat sunnah sebelum subuh. Menariknya, shalat qabliyah tersebut dikerjakan secara ekspres, lebih singkat dibanding shalat lainnya. Saking singkatnya, Aisyah pernah berkomentar dengan heran, “Apakah beliau di dua rakaat tersebut membaca Alfatihah?” Para ulama berkomentar bahwa kalimat Aisyah hanyalah hiperbola untuk menegaskan betapa ringannya shalat yang Rasulullah dirikan. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah membaca Al-kafirun dan Al-ikhlas setelah Alfatihah dalam shalat qabliyah Subuh. Rasulullah pernah shalat malam empat rakaat dengan membaca Albaqarah hingga akhir Almaidah, alias enam seperempat juz. Jika lamanya shalat qabliyah Subuh dibandingkan dengan shalat tersebut tentu saja komentar hiperbolis Aisyah terasa pas. Perbedaan durasi shalat sunnah Rasulullah secara implisit menggambarkan keluhuran akal budi beliau shallallahu ‘alahi wa sallam. Tentu tidak bijaksana bila Rasulullah s

Dukun Network

Hindun binti Utbah bin Rabiah berstatus janda ketika menjadi istri Abu Sufyan. Suami sebelumnya menuduh Hindun main gila dengan lelaki lain. Meskipun cekcok keduanya berada dalam lingkup rumah tangga, namun kerena kedua belah pihak adalah anak pemuka besar Quraisy maka masalah ini menjadi kian serius. Tuduhan terhadap Hindun bukan hanya akan ditanggung oleh dirinya sendiri tapi juga keluarga besar Utbah bin Rabiah, pemimpin Quraisy. Kedua belah pihak akhirnya besepakat untuk mencari penengah yang dianggap mumpuni. Pergilah mereka ke Yaman yang begitu jauh dari Makkah, hanya untuk urusan rumah tangga. Di negeri itu mereka menemui dukun bertaraf internasional untuk menerawang Hindun.   Si dukun meramal Hindun, “kelak akan lahir raja darimu!” Weleh. Mendengar ramalan si dukun, suami Hindun yang mulanya   menggugat langsung membalik niat. Hindun yang sudah ilfil menolak mentah-mentah ajakan damai dari suaminya. Ramalan dukun tentang masa depan Hindun terbukti benar. Setelah bercerai, Hind

Politisi

“Ayahku, Umar, lebih baik daripada Muawiyah tetapi Muawiyah lebih pandai memimpin daripada ayah.” (Ibnu Umar bin Khattab) Muawiyah adalah pribadi cerdas, fasih, berwibawa dan gaul. Meski ia termasuk golongan yang masuk Islam setelah pembebasan Makkah namun keberadaannya tidak pernah disepelekan. Ia memiliki semua modal untuk menjadi politisi ulung. Dari masa Abu Bakar hingga Utsman ia dipilih memimpin wilayah Syam. Ketika Amirul Mu’minin, Umar, mengunjungi Damaskus, Muawiyah menyambutnya dengan menaiki kuda disertai arak-arakan manusia. Umar yang hanya menunggang keledai mengomentari Muawiyah, “itu dia kaisarnya orang Arab.” Umar kemudian menanyakan maksud Muawiyah membuat penyambutan seriuh itu. Umar berkata, “Kau yang membuat arak-arakan besar itu?” Muawiyah menjawab enteng, “ya.” Umar berkata, “padahal aku dengar kau bersembunyi dari mereka yang butuh bantuan.” ”Ya,” jawab Muawiyah lagi. Umar heran, “mengapa begitu?” Muawiyah berkata, “kami berada di negeri yang banyak mata-mata mu

Golput

- Anda ingin makan sate larva amfibi* atau tumis microchiroptera**? + Saya tidak mau keduanya. - Anda mau tidak mau harus memilih! + Tapi saya benar-benar tidak mau keduanya! - Ah, anda sesat! Hari-hari berlarian meninggalkan masa kerasulan, empat khalifatu rasulillah pun telah menghadap Rabb-nya. Umat muslim mengalami dinamika kehidupan yang sama sekali berbeda setelah tiadanya Rasulullah. Perang Shiffin adalah fitnah paling menyedihkan, paling terekam dalam memori muslimin. Muhammad bin Ali bin Abi Thalib mengingat perihnya konflik antara ayahnya dengan Muawiyah dalam peperangan tersebut. Itulah episode getir yang membuatnya bersumpah tidak akan pernah lagi mengangkat pedang di hadapan seorang muslim. Sumpah itu masih ia pegang hingga hari ketika Abdullah bin Zubair, cucu Abu Bakar dari Asma’, mendeklarasikan diri sebagai khalifah setelah meninggalnya Muawiyah. Abdullah bin Zubair menjalankan pemerintahan dengan baiat sebagian kaum muslimin, demikian pula Daulah Bani Umayah. Kekuasa

Donatur Asing

Umar bin Abdul Aziz, ketika masih menjadi Gubernur Madinah, diperintahkan Khalifah Alwalid bin Marwan untuk meluaskan Masjid Nabawi. Proyek ini meskipun bertujuan baik, belum tentu diterima baik oleh masyarakat karena untuk meluaskan masjid perlu menggempur bangunan yang lama termasuk bekas rumah-rumah istri Nabi. Umar lalu mengundang Alqasim cucu Abu Bakar dan Salim cucu Umar agar membantu pelaksanaan proyek tersebut. Keberadaan dua orang ulama ternama di era tabiin ini diharapkan dapat mencegah penolakan publik, dan demikianlah yang terjadi. Ketika pengerjaan proyek tengah berjalan, Raja Romawi yang ingin cari muka kepada pemerintah muslim menawarkan donasi. Masa itu pasukan mujahidin yang dikomandoi Maslamah bin Abdul Malik berhasil membuat gentar pasukan Romawi. Pihak Romawi perlu berbasa-basi politis agar tidak dilumat habis oleh Daulah Islamiyah. Raja Romawi mengirimkan emas, marmer terbaik, termasuk para pekerja dan arsitek pilihan dari negerinya. Tidak anti asing, Umar bin Abdu

Pilkada

Kota Damaskus makin dingin dan senyap tapi Amirul mukminin, Umar bin Abdul Aziz, belum juga lelap. Pikirannya melayang ke Bashrah, siapakah yang pantas menjadi penegak hukum-hukum Allah di kota itu. Untuk menegakkan khilfah ala minhajin nubuwah Umar butuh hakim yang bertakwa, cerdas dan tahu seluk-belum masyarakat. Umar gelisah bukan karena tidak ada yang layak dipilih, justru sebaliknya. Umar mengerucutkan pilihan pada Iyas bin Muawiyah dan Alqasim bin Rabiah, tapi tak bisa lagi memenangkan salah satu di antara keduanya. Umar dalam situasi bimbang meilih yang terbaik di antara yang baik, sementara kita biasa memilih yang tidak terlalu buruk di antara yang buruk. Keesokan harinya Umar meminta bantuan Adi bin Arthah, gubernur Irak yang sedang dalam lawatan ke Damasakus, agar menyeleksi dua kandidat hakim Bashrah. Setelah ia mempertemukan Iyas dan dan Alqasim, Adi bin Arthah juga dibikin bingung memilih. Kedua ulama itu justru mengeluarkan argumen-argumen cerdas untuk memenangkan saudara

Paman Jambavan

Hanuman melihat hamparan luas lautan yang memisahkan dirinya dengan daratan Lanka, tempat Rahvana mengurung Sita. Ia nampaknya ragu dengan dirinya sendiri. Bingung. Jika ia, yang seekor kera, nekat berenang, bisa jadi ia tewas sebelum mencapai seberang. Di saat itulah Paman Jambavan, si beruang bijak, menawarkan ide agar Hanuman terbang saja menuju Lanka. Weleh , Hanuman bukan makhluk bersayap layaknya Garuda tunggangan Vishnu, bagaimana ia bisa terbang? Jambavan meyakinkan bahwa Hanuman bisa terbang karena menerima anugerah dari Dewa Bayu. Jambavan menceritakan kisah penting yang telah dilupakan oleh Hanuman. Sewaktu kecil, Hanuman merasa kelaparan sementara ibunya tengah jauh darinya. Ia melihat sekitar namun tak menemukan buah-buahan yang dapat dimakan. Hanuman kecil lantas mendongakkan pandangannya ke atas dan melihat matahari yang nampak seperti buah yang ranum. Nafsu makan Hanuman makin menjadi, ia mencoba meraih matahari. Anugerah dari dewa angin menjadikan tubuh Hanuma

Logical Fallacy

Seorang pemuka Kufah sedang terjangkit sesat pikir. Dia mengatakan ke orang-orang bahwa Utsman bin Affan adalah seorang Yahudi, dan tetap menjadi Yahudi setelah kerasulan Muhammad. Ketika orang itu tengah mempromosikan kesesatannya, datanglah seorang lelaki berwajah elok, bertutur fasih, dengan pakaian sedap dipandang lagi wangi yang dikenal sebagai Abu Hanifah. Tanpa ba-bi-bu Abu Hanifah mengutarakan maksudnya, “aku datang kepadamu untuk melamar anak perempuanmu untuk seorang sahabatku.” Abu Hanifah adalah seorang yang tekun beribadah. Dia tidak pernah bolong berpuasa selama tiga puluh tahun, konsisten qiyamul lail selama empat puluh tahun dan amat sangat dermawan. Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat cerdas. Imam Malik pernah berkata bahwa bila Abu Hanifah mengatakan sebuah tiang adalah emas maka hal itu akan terasa nyata sebagaimana dikatakannya, sebab kuatnya argumen Abu Hanifah. Si pemuka Kufah mengiyakan permintaan Abu Hanifah, “silakan wahai Imam, sungguh orang seperti

Peran Sejarah

Semilir angin Makkah menggerakkan jenggot di bawah bibir manyun Abu Jahal dan para sekutunya. Makin ruwet saja urusan mereka dengan Rasulullah. Sudah lima tahun #Islam menjadi trending topic di kota penuh berhala itu. Hate speech dan hoaks tidak mampu membendung laju dakwah. Musuh-musuh Rasul makin naik pitam dan meningkatkan tensi intimidasi fisik sehingga orang-orang lemah dari kaum muslimin mengalami penderitaan yang mengerikan. Di masa-masa berat itulah Allah mewahyukan Surah Alkahfi. Alih-alih berisi ayat tentang kesabaran atau bagaimana menghadapi ketidakadilan, Surah Alkahfi justru dipenuhi dengan kisah. Menurut para ulama, hikmah tersembunyi dari surah menjadi gamblang ketika Rasulullah berkata, “berpencarlah kalian di muka bumi ini!” Para shahabat bertanya, “kemana kami harus pergi, ya Rasulallah?” “Ke sana,” jawab Rasul sambil menunjuk ke arah Habasyah. Rupanya Rasul mengambil ibrah dari kisah hijrahnya pemuda Kahfi yang menjadi korban persekusi di masanya. Pengarusutamaan

Berbagi Ilmu Pengetahuan

Bhisma menasihati Pandawa Konon, Bharatayuddha adalah perang yang melibatkan lebih dari tiga juta orang. Pihak Kurawa didukung oleh sebelas unit pasukan, sementara Pandawa didukung tujuh unit. Masing-masing unit terdiri atas seratus ribu lebih kesatria dengan gajah, kuda atau kereta, serta seratus ribu lebih prajurit tanpa kendaraan. Menariknya, begitu perang ini usai, kedua belah pihak segera memikirkan usaha-usaha untuk memperbaiki keadaan. “Ilmu ini dibutuhkan untuk membangun kembali peradaban kita yang hancur,” kata Bhisma kepada Yudhistira. Meski dalam Perang Bharatayuddha Bhisma berada di pihak Kurawa namun setelah perang usai, ia tak segan membagikan ilmu kepada Pandawa. Di atas pembaringan dari anak panah, Bhisma menghabiskan sisa-sisa napasnya untuk membekali Pandawa dengan ilmu guna membangun kembali peradaban. Ramayana juga menyuguhkan kisah serupa, Rama meminta saudaranya, Laksmana, untuk belajar kepada Rahwana yang hampir tewas. Rama menghargai ilmu pengetahuan m

Kalem

Gerombolan penyebar hoaks tiada bosan mem-viral-kan fitnah bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah orang gila. Bagi penduduk asli Makkah, entah muslim atau kafir, hoaks semacam itu tentu sudah tidak lagi sebab mereka sama-sama tahu track record Rasulullah yang terpuji. Sedari awal hoaks itu mungkin memang tidak ditujukan untuk mengelabui penduduk Makkah melainkan para pelancong yang singgah di kota itu. Islamnya para pelancong lebih menyebalkan bagi gerombolan Abu Jahal sebab hal itu bakal memperluas jangkauan dakwah Islam. Pelancong yang masuk Islam otomatis akan mendakwahkan agama baru itu kepada kaumnya, hal itu tentu saja meresahkan kaum penyembah berhala. Ketika Dhimad Al-Adiy pergi ke Makkah, ia tak luput dari obrolan trending topic tentang kegilaan Muhammad. Ia terpengaruh juga dengan fitnah itu. Uniknya, bukannya menjauh, Dhimad malah penasaran ingin bertemu Rasulullah karena ternyata dia adalah seorang “dokter spesialis kejiwaan”. Dhimad berujar, “sekiranya aku b

Aku Adalah Ibu Orang yang Disalib Itu!

Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi mengepung Makkah selama enam bulan dan memutus distribusi makanan ke dalamnya. Al-Hajjaj adalah si keji yang dikirim Abdul Malik bin Marwan untuk menaklukkan khalifah Abdullah bin Zubair, pemimpin Makkah. Dengan boikot selama itu, satu persatu pendukung Abdullah membelot, termasuk istri-istrinya. Dalam keadaan yang makin genting Abdullah menemui Ibunya, Asma’ binti Abu Bakar. Abdullah mencium kening ibunya dan meminta nasihat darinya. Inilah keteladanan agung bagi jiwa-jiwa yang sumpek karena kebuntuan. Ibu adalah peraduan yang tidak pernah berkhianat. Abdullah mencium dan memeluk ibunya hingga Asma merasakan baju besi yang anaknya pakai. Asma’ berkata bahwa perindu syahid tak memerlukan pelindung semacam itu. Abdullah berkata bahwa ia mengenakan baju besi hanya untuk menenangkan ibunya semata. Maka dilepaslah baju besi itu beserta segala beban di hati. “Ibuku, jika kau terbunuh, jangan tangisi aku.” Jiwa Asma’ tak merapuh seperti raganya yang hampir berusia serat

Sepatu Nabi

Ketika Nabi Musa hendak berbicara dengan Allah di lembah suci, Thuwa, ia diperintahkan untuk melepas sepatunya. Konon dari situlah muncul tradisi di kalangan Yahudi Madinah untuk melepaskan alas kaki ketika akan beribadah. Nabi Muhammad yang ingin tampil beda dari Yahudi diriwayatkan bersabda, “shalatlah kalian dengan memakai sepatu, dan janganlah menyerupai perbuatan Kaum Yahudi.” Beliau bahkan dikisahkan beberapa kali menyampaikan keutamaan memakai sepatu. Pembahasan para ulama mengenai sepatu Nabi cukup menarik. Sepatu dianggap sebagai simbol kemuliaan, pembeda dengan Yahudi, bagian dari pendulang pahala hingga mendekatkan surga. Beberapa orang bahkan memiliki keyakinan aneh dan nyeleneh bahwa menyimpan gambar sepatu Nabi Muhammad dapat memberikan berbagai keutamaan karena bagian dari bukti kecintaan kepada Beliau. Secara pribadi Rasulullah sangat menyukai sepatu, sampai-sampai Beliau dijuluki shahibul na’lain , pemilik sepasang sepatu. Konon, sepatu kesayangan Nabi berwarna kuning!

Kutunggu Jandamu

Cinta itu tetap ada dalam hatiku, bahkan lebih kuat dari yang dulu Namun bila aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk golongan orang yang “menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu.” (Umar bin Abdul Aziz) Rasulullah tahu bila di antara kaum muhajirin ada yang diam-diam mencintai Aisyah. Bukan sembarang lelaki, namun satu di antara sepuluh shahabat yang dijamin masuk surga. Cinta memang seenaknya saja parkir di hati manusia. Cinta tidak pernah jelas memperkenalkan diri. Semua kata-kata yang menjelaskannya hanya menjangkau epidermis saja. Cinta selamanya misteri tak terungkap kecuali bagi yang ditenggelamkannya. Lelaki itu adalah putra paman Aisyah sehingga sejak awalnya keduanya sudah saling mengenal. Rasa cinta lelaki itu secara gamblang terekam dalam beberapa hadis tapi tidak pernah ada riwayat yang menyebutkan Aisyah mengetahui atau menanggapi hal tersebut. Ini adalah kisah kasih tak sampai, cinta sepihak namun masih memiliki akhir mulia. Suatu ketika lelaki tersebut menemui Aisy