Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Abu Abu-Abu Abbasiyah

  Ada tiga fitnah (ujian) besar yang pernah menimpa umat Islam sepeninggal Rasulullah. Pertama, pembunuhan Utsman bin Affan. Ini adalah pemantik awal lahirnya perang saudara berkepanjangan. Kedua, Perang Jamal antara Aisyah binti Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Perang ini dikabarkan menelan korban hingga delapan belas ribu shahabat. Fitnah ketiga, konflik al-Walid II dan Yazid III. Ujung dari konflik tersebut adalah naiknya Marwan II yang merupakan khalifah terakhir Bani Umayyah. Pemerintahan Marwan II dikudeta oleh pasukan Abul Abbas As-Saffah dan Abu Muslim Al-Khurasani. Sesuai namanya, Abul Abbas adalah sosok yang kejam sesuai gelarnya yang berarti “penumpah darah”. Daftar kekejamannya bisa dibaca di bukunya Hamka, Sejarah Umat Islam, atau dalam kitab-kitab klasik tentang sejarah Islam. Ibnu Atsir, misalnya, menceritakan bahwa Abul Abbas pernah makan malam di atas mayat-mayat anggota Bani Umayyah. Bani Umayyah memang dibabat habis saat Abbasiyah didirikan, bahkan kuburan keraj

Konon Katanya Maulid

Insyaallah, besok akan ada perayaan Maulid Nabi Muhammad. Kebanyakan umat Islam meyakini bahwa Rasulullah lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Apakah hal ini seratus persen akurat? Lha wong mbah-mbah kita saja banyak yang tak jelas tahun lahirnya, apalagi seseorang dari abad keenam. Eits , kalem saja, mengetahui kapan Rasulullah lahir tidak menambah atau mengurangi keimanan. Meragukan tahun kelahiran Rasulullah bukan penistaan agama. Beliau saw. tetap pada keagungannya. Kisanak mungkin pernah mendengar kisah Umar dkk. yang tak menggunakan tahun kelahiran Nabi Muhammad sebagai awal penghitungan kalender karena mereka ra. juga tak yakin kapan tepatnya Nabi saw. dilahirkan. Biografi Rasulullah pertama kali ditulis oleh Ibnu Ishaq, seabad setelah wafatnya Rasulullah. Itupun kitab  aslinya sudah tidak ada, hanya ditemukan dalam tulisannya Ibnu Hisyam yang lahir abad kesembilan. Dalam sudut pandang ilmu sejarah, hal ini jelas bermasalah. Orang Arab kuno hanya mengenal pembagia

Lubang dalam Hati

Bertahun lalu sa y a melihat dosen saya menggunakan iPhone 3Gs alias iPhone generasi kedua. Sejak itu iPhone menjadi cita-cita mulia saya. D osen saya menggunakannya, maka bagi saya punya iPhone berarti menjadi bagian dari ke lompok sosial yang sama dengan dosen saya. Tahun-tahun berlalu, muncul berbagai seri baru, impian saya tak kunjung wujud. Saya masih akrab dengan kesederhanaan yang terpaksa. Tahun 2017, kala iPhone 6 mulai populer di Indonesia, akhirnya saya bisa memakai iPhone 3GS. Baterainya cuma kuat beberapa jam, bodinya sudah astaghfirullah. Saya pakai dua hari. Tahun itu memang sudah bukan lagi masanya iPhone jadul tersebut hidup. Kisah kami padam sebelum menyala. Saya masih menginginkan iPhone, semangat yang mungkin sama dengan Naruto ingin jadi hokage. Naruto akhirya jadi hokage setelah 10 tahun tayang dengan 700an episode. Saya akhirnya juga berhasil membeli iPhone setelah berjuang sepuluhan tahun. Ngenesnya, lagi-lagi gaji saya sebagai guru swasta hanya cukup untuk

Anjay, Anjing dan Asu!

Kata “anjay” seminggu terakhir ngehits di medsos gegara diharamkan oleh komnas PA. “Anjay” bukan nama makanan sebangsa “capcay” dan “siomay”, melaikan plesetan dari “anjing”. Memplesetkan umpatan bukan hal baru, Bung Karno pernah mempopulerkan kata “sontoloyo” yang menurut Ivan Lanin kemungkinan berasal dari kata “kont*l” dan “loyo”. Balik soal “anjay”, kata ini sebenarnya lebih mending dari pada blak-blakan bilang “anjing”.  Mending bukan berarti pula layak dipa ka i. “Anjing” adalah umpatan khas Indonesia, mana pernah kita nonton film Barat ada penjahat mengumpat dengan kata “dog” atau “Scooby-Doo”. Orang sana lebih sering misuh-misuh dengan kata “f*ck”. Dialog khas ala penjahatnya adalah menambahkan kata itu sebelum kata lainnya, misalnya mendahului adjective seperti dalam kalimat “that’s f*cking stupid!” Dalam perkembangannya, Kata ini tidak selalu dimaknai negatif , bisa juga sekadar menjadi penguat maksud seperti dalam "what the fucking style of you", kamu keren

Merayakan Kegagalan

Karmaṇyeva adhikāras-te mā phaleṣu kadācana Bekerja sebaik-baiknya, dengan penuh semangat tetapi jangan menghabiskan tenaga memikirkan buahnya . Sekitar tujuh tahun lalu ada lima orang setengah teler bercerita panjang lebar tentang kegagalan mereka. Ya, mereka sedang merayakan kegagalan, menceritakan apa yang sebelumnya ditutup-tutupi. Tak dinyana, menceritakan kegagalan ternyata memberikan banyak manfaat jika kondisinya tepat. Lima orang tersebut kemudian menginisiasi acara yang mewadahi orang-orang untuk menceritakan kegagalan. Tujuannya untuk mengeluarkan sengatan rasa malu dan bersalah dari kegagalan.  Yes, you should tell everyone about your failures! Berkat media sosial, acara tersebut segera booming . Sekitar lima tahun berjalan, jangkauannya lebih dari 75 negara. Di masyarakat yang tak biasa membicarakan kegagalan, misalnya Jepang, acara macam ini justru sangat diminati. Curhat adalah jalan ninjaku! Ya, kadang-kadang kita memang bosan dengan kisah sukses para motivator yang did

Pelik Butuh Peluk

Hamka’s Great Story: A Master Writer’s Vision of Islam for Modern Indonesia (2016) mengisahkan secara apik perjalanan Hamka merampungkan Tafsir Al Azhar dalam penjara republik ini. Kisah serupa juga dilakoni Sayyid Qutb yang menulis Fi Dzilalil Quran dalam kurungan Gamal Abdul Nasser. Berabad sebelumnya, Ibnu Taimiyah yang dua belas kali dipenjara juga banyak menulis karya dalam jeruji besi. Tak jarang pula buku-buku kenamaan ditulis ketika penulisnya dalam masa berat bahkan sekarat. Syair paling indah lahir dari mereka yang patah hati berdarah-darah. Apalah yang hendak dicari dari orang-orang yang menganggap hidup tiada arti selain waktu menunggu mati, merindu Ilahi. Bukankah sebaik-baiknya karya adalah yang dipersembahkan kepada Tuhan saja? Masa bodoh dengan pujian dan cela. Jika kita sedang dikepung situasi pelik butuh peluk, mungkin itulah waktunya karya kita terbentuk. Jika sedih mengiris, bolehlah nangis meringis tapi lebih baik menulis. 

Wani!

Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan beberapa nama wanita yang pernah menawarkan diri kepada Rasulullah untuk dinikahi. Termasuk dalam daftar itu adalah ummul mukminin, Maimunah binti Al-Harits. Beliau adalah wanita yang terakhir dinikahi Nabi, dan yang paling sering diajak mandi bareng. :) Kisah ini bisa dibaca dalam tafsir Quran Al-Ahzab: 50, “Dan perempuan mukminah yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau menikahinya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin.”  Hidup memang perlu realistis, wanita tak harus pasif menunggu ketiban rezeki berwujud suami saleh, rupawan dan berkecukupan sepertiku. Jika ada kesempatan tak jadi soal berlalu agak agresif untuk menawarkan diri, "Nikahi aku, Bang! Nikahi!" Diriwayatkan ada seorang wanita menawarkan diri pada Nabi tapi Nabi tak berkenan mengiyakan. Alhasil, ada sahabat cekatan ambil peluang, minta agar wanita tersebut nikah saja dengannya. :) Sesederhana itu urusan nikah di zaman itu. Gak per

Pipit Haji dan Burung Gereja

Kalau ada tetangga muslim kita yang berpenampilan kearab-araban gak usah risau, hal itu tak lebih unik dari perayaan natal di negeri tropis tapi bertema salju-saljuan ala Eropa. Tulisan ini tidak menggunakan perspektif agama loh ya, saya hanya ingin menyoroti bahwa hal-hal tertentu tak harus punya alasan yang rumit. Natal selalu dikaitkan dengan salju, setidaknya begitulah yang digambarkan dalam film Home Alone yang entah berapa kali diputar RCTI. Nyatanya, di Inggris pun jarang ada salju menumpuk di hari natal. Salju lebih mungkin muncul di bulan Januari dan Maret. Jika ditarik ke versi Injil Lukas, saat Yesus lahir di Betlehem ada para penggembala yang menjaga ternak mereka di padang, apa iya ada orang menggembala di musim salju? Balik lagi ke awal, kadang-kagang yang seperti itu gak perlu dipikir mendalam. Mau berbahagia saja kok dibikin ribet. Gak perlu juga tanya kenapa harus ada pohon cemara. Sekali lagi, kadang-kadang kita perlu lebih santuy. Saya biasa makan tanpa sendok, makan

Buronan Khalifah

Ulama zaman dulu banyak yang dikriminalisasi pemerintah gara-gara menolak diberi jabatan. Sekali lagi, menolak jabatan. Me-no-lak. Bukan gagal mengejar jabatan kemudian ngambek dan memusuhi pemerintah. Abu Hanifah (satu dari empat imam mazhab) disiksa hingga wafat oleh khalifah karena gak mau menduduki jabatan hakim. Padahal gaji hakim di masa Dinasti Abbasiyah melimpah ruah loh.  Setelah Abu Hanifah wafat maka sang khalifah bukannya tobat malah nyari target baru. Ia melacak orang paling alim sejagat kala itu. Ketemulah nama ulama terkenal (walaupun kisanak mungkin tak kenal, ehe) yaitu Sufyan Ats-Tsauri. Ulama ini jos banget lah, kalau orang lain tawaf tujuh kali maka beliau belum selesai sujud sekali.  Bisa ditebak, Sufyan menolak tawaran khalifah. Khalifah ngamuk lagi. Yah, hidup di era khilafah memang gak enak-enak banget juga. Sufyan pun melarikan diri. Duh Gusti, nolak jabatan sampai melarikan diri. Sufyan akhirnya jadi buronan pemerintah, beliau bersembunyi dari satu negeri ke n

What A Mbuh!

(Awas, tulisan ini memuat kata-kata kasar) Ada penceramah yang suka sekali berkata-kata kasar semisal "goblok", "bajingan", "tolol" dan yang masih anget "l*nte". Sebenarnya orang macam ini gak layak diladeni dengan serius. Agama hanya dibebankan kepada orang yang berakal sehat, orang yang akalnya sakit tidak perlu digubris. Wong edan pokoke bebas! Andai secara medis masih sehat otaknya, nampaknya rasa malunya sudah hilang. Orang yang tidak tahu malu dipersilakan berbuat semaunya.  Saya coba browsing riwayat pendidikannya, syukur kalau sekalian dapat riwayat kesehatannya. Hasilnya nihil. Biografinya gak dikenali Mbah Google. Saya hanya menemukan rekam jejak ujaran kebencian, dan tulisan-tulisan yang mempertanyakan asal-usul orang itu. Saya sampai kepikiran, apa orang ini memang tidak punya sisi yang lumrah dimiliki seorang "ustaz". Saya masih telaten mencari. Saya gak nemu apa yang saya cari, tapi malah dapat informasi menarik terkait

Bumi

  Kira-kira beginilah citra Bumi tanpa air (hydrosphere) dan tanpa udara (Atmosphere). Bentuknya akan tetep "Oblate Spheroid", gak jadi kotak. Tentu saja ilustrasi agak berlebihan, mestinya lebih mulus karena rata-rata ketinggian benua adalah 40 KM padahal diameter bumi sekitar 12000 KM. Dengan skala segitu mestinya permukaan bumi yang kerontang terlihat lebih halus. Ngomong-ngomong soal diameter dan jari-jari bumi, sebelas abad silam Al-Biruni sudah mengukurnya dan hasilnya 99% akurat seperti perhitungan ilmuwan modern. Dia "cuma" menggunakan alat ukur derajat bintang dan rumus trigonometri, loh! Ya tapi dia naik gunung juga, membuat garis cakrawala, memprediksi inti bumi dst. dst. Sebenarnya rumit juga, ehe. Keren! Orang di masa itu sudah kepikiran menghitung diameter bumi, padahal zaman sekarang ada pelajar diberi beban belajar agak berat saja yang ngajar bisa dipisuhi. Kalau matahari didekatkan ke bumi beberapa menit cahaya kira-kira seperti itulah penampakan bu

Honorer

Guru honorer yang upah sebulannya 267.000 rupiah, sepatunya bolong, periuknya juga mungkin sering kosong. Para ortu patungan membelikannya sepatu dan motor. Ini mengharukan tapi menyedihkan, tak semestinya guru hidup sedemikian memprihatinkan. Stop. Cukup. Jangan terus-terusan meromantisasi profesi guru sebagi kerja ikhlas tak mengharap balas. Guru mesti punya nilai tawar. Setidaknya itu pandangan pribadi saya. Sewaktu jadi guru, saya pernah menolak kontrak kerja dengan alasan gajinya terlalu kecil. Saya sampaikan kepada pihak sekolah jika menginginkan saya mengajar maka mereka mesti menaikkan gaji saya (dan tentu saja berimbas ke guru lainnya). Aspirasi saya akhirnya diiyakan sekolah. Saya mending blak-blakan di awal daripada nggrundel sepanjang karier di kemudian hari, ngrasani sekolah setiap hari. Realitanya banyak yang seperti itu, sampai-sampai ada guru yang demontrasi menuntut kenaikan gaji. Saya realistis saja, jika gaji terlampau minim saya tak bakalan bisa fokus mengajar. Saat

Pemelajar Merdeka

Pagi ini saya membaca opini Dahlan Iskan tentang kampus merdeka. Detail kebijakan tentang ini belum ada, mestinya memang tidak usah didetailkan agar benar-benar merdeka. Cukup diberi aturan terkait hal-hal pokok saja. Biarkan instansi pendidikan berijtihad memajukan kualitasnya. Saya bukan pemangku jabatan yang bisa cawé-cawé soal kebijakan. Saya ingin menafsirkan istilah kampus merdeka secara merdeka pula. Bagi saya aspek pokok dalam kampus merdeka (maupun sekolah merdeka) adalah mewujudkan pemelajar merdeka. Mahasiswa dan siswa belajar tanpa beban kepentingan praktis di masa depan (baca: siap kerja). Belajar ya belajar saja, demi menaikkan nilai diri. Dalam Filsafat Pendidikan Islam tujuan akhir pendidikan (Islam) adalah meneladani sifat-sifat Allah. Perkara yang didahulukan dalam tujuan nasional kita juga agar terwujud manusia yang beriman dan bertakwa, bukan manusia siap kerja. Kita memang tidak bisa menafikan bahwa bisa kerja setelah lulus memang salah satu alasan seseorang sekola

Homeless

Semasa kuliah, saya biasa baik bus saat mudik (baca: minta sangu kuliah). Dalam perjalanan itu, sekitaran Terminal Tirtonadi adalah salah satu spot paling berkesan bagi saya. Lumayan banyak tuna wisma yang keleleran di pinggir jalan area itu. Pemandangan itu mengusik batin saya: siapa yang menjamin hidup saya tak seperti mereka, atau bahkan lebih buruk? Kengerian yang logis tentang masa depan. Sekarang, tiap hari saya disuguhi pemandangan yang nyaris sama saat nyegat bus ke kampus. Bedanya, saya tidak terlalu waswas lagi mikir diri sendiri, saya sudah punya rumah dari hasil kerja merayu orang tua. Alhamdulillah sekali, bestie . Kekhawatiran beralih pada nasib anak-anak muda yang sering saya temui.  Banyak analis memprediksi bahwa generasi mereka akan sulit punya rumah sendiri. Sulit nyari kerja, dapat kerja gajinya tak seberapa. Saya beneran  gelisah, ingin berbuat sesuatu untuk mereka agar mampu bersaing di dunia kerja. Rezeki memang sudah dijamin, tapi jangan lupakan mereka yang m

Garong dan Copet

Pasca terusirnya Jepang dari Indonesia di wilayah Jawa Barat muncul ketakutan baru. Selepas waktu ashar jalan-jalan sepi Padalarang mulai terasa kesan horornya. Wilayah itu adalah sasaran para perampok beroperasi. Bukan sembarang rampok, mereka adalah orang-orang yang punya skill perang mumpuni diracik dengan kemelaratan dan sakit hati. Mereka mantan romusha era penjajahan Jepang. Di era Belanda balik ke Indonesia, nasib mereka sama susahnya, karena itulah mereka ngamuk, cari makan dengan menyamun. Dari sini muncullah istilah Garong, Gabungan Romusha Ngamuk. Bagi saya, kisah garong ini menarik. Bukan karena alurnya saja tapi karena kata "garong" ternyata akronim dan punya sejarah sendiri. Kita sering merasa mapan dengan makna kata menurut pengetahuan kita, merasa cukup dan benar padahal mungkin pengetahuan kita hanya seujung dari makna aslinya, bahkan melenceng. Sebagai contoh, saya dulu berpikir kata copet bermakna mencuri uang orang di jalan. Ternyata salah, "copet&quo

CPNS

Mumpung sedang musim tes CPNS, saya mau cerita pengalaman saya soal perhelatan tersebut. Jadi PNS sebenarnya agak muluk-muluk bagi saya, apalagi dosen PNS. Bayangkan, ketika akhirnya saya ikut seleksi tersebut pesertanya sekitar empat juta orang. Manusia sebanyak itu berebut peluang jadi pegawai negeri. Saking banyaknya jumlah itu membuat situs pendaftaran CPNS keok. Kalau mau agak lancar mesti begadang sampai pagi, bahkan ada yang sampai membayar joki. Saya tentu bukan golongan itu, saya daftar belakangan, menunggu keriuhan surut. Kalaupun gagal mendaftar maka anggap saja belum jatahnya. Seumur hidup saya cuma mendaftar CPNS ke satu instansi, tempat kerja saya saat ini. Saya dari Jatim, kuliah di Surakarta dan Yogyakarta tapi daftar ke Salatiga dan lokasi tes di Semarang. Blank. Saat berangkat ujian modalnya nekat percaya Google Maps. Pas naik bus ketemu beberapa orang berpakaian putih hitam, saya yakin mereka juga mau ujian, maka saat mereka turun saya ikutan turun saja. Alhamdulilla

Musibah ke Muhibbah

Langit Alexandria membiru seperti warna mata gadis-gadisnya. Warna elok itu berpadu dengan pasir putih kekuningan di bibir Laut Mediterania yang dihiasi batu warna-warni. Pedagang aneka makanan berderet di kota bergaya Athena itu, rata-rata menawarkan makanan khas setempat. Aku hanya sarapan seadanya di rumah, seperti biasanya. Bukan karena aku tak menyukai makanan Alexandria, tapi aku memang tidak sedang di sana melainkan di Kartasura yang identik dengan rica-rica Scooby-Doo. Gambaran ciamik Alexandria tak ada hubungannya denganku. Selesai mengisi amunisi, aku langsung berlari kecil menuju tempat pemberhentian bus. Lhadalah , ternyata bus langgananku sudah berangkat. Bus kok lagaknya seperti cinta, datang dan pergi seenaknya. Aku nggrundel . Alhasil aku naik bus setelahnya. Bus yang kukenal lemot na'udzu billah , beda dengan langgananku. Yah , anggap saja ujian. Membayangkan nyamannya bus itu sama ngilunya dengan datang ke nikahan mantan; mantan majikan. Aku yang semula dongkol, b

Mantra Mantan

Cerita cinta tanpa ada konsep mantan mungkin hanya milik Ada m dan Hawa. Anak cucunya, kita-kita ini, rasanya mustahil gak pernah punya sejarah cinta-cintaan yang gak kesampaian. Pacar mungkin belum pernah punya, tapi ada gebetan, inceran, crush , atau apalah sebutannya. Kita ini lemah soal cinta, lihat yang sedikit bening langsung ingin ngajak berumah tangga. Ketemu dosen mirip Dude Herlino bukan karya tulisnya yang ditanyakan tapi malah status pernikahan. Relevansinya apa dengan perkuliahan, Oneng. Habis stalking selebgram langsung ngirim DM, “tipe suami ideal kamu kayak apa, aku ingin memaksakan diri.” Ajur. Mantan adalah bagian dari kenyataan tak terelakkan. Mari berdamai dengannya mengikuti hikmah berserak dalam lagu-lagunya Cak Nan. “Sugeng dalu, ati sing biyen tau ngelarani” betapa kalimat ini mengandung isyarat ketabahan, keikhlasan dan kebaikan lain. Mengucap salam, mempersilakan bahkan memberikan nasihat, “mario leh mu dolanan ati, wis wayahe we kapok mblenjani.” Tak han

Agama Kampung

Kala mudik ke Ngawi, saya menemukan sebuah fotokopian kitab, kalau tidak salah karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Kitab itu milik ibu saya, sedang beliau pelajari di madrasah diniyah. Yes, ibu saya masih ngaji di masjid. Diskusi keagamaan di madrasah kadang-kadang berlanjut di sawah sambil tandur atau matun. Kegiatan keagamaan lumayan banyak di kampung saya, seperti umumnya kultur masyarakat muslim tradisional. Walau ada kelompok taklim tapi gaya beragama di kampung saya bukan tipe intelek seperti gejala muslim perkotaan. Agama bagi mereka adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang sudah turun-temurun dan tidak perlu argumen fikih yang njelimet. Agama menjadi lelaku. Ibu saya dan sebagian tetangga meskipun rajin ngaji tapi tidak pandai beretorika seperti para penceramah. Mereka belajar agama memang tidak untuk tujuan seperti itu. Mereka belajar untuk dinikmati sendiri, atau setidaknya agar tidak gelagapan ketika ditanya anaknya hukum nun mati bertemu mim, atau sedikit-sedikit tah

Belajar

Imam Nawawi tak punya jadwal tidur, apalagi tempat tidur. Tempat tinggalnya dipenuhi buku hingga jika ada tamu maka beliau harus menumpuk buku-bukunya agar ada sedikit ruang untuk duduk. Beliau terus menerus menulis ilmu, kalau cape maka beliau beristirahat dengan membaca. Membaca buku yang bagi kita sudah sesuatu yang hebat, cuma dianggap sebagai kegiatan santai bagi beliau. Ibnu Katsir yang tafsirnya populer itu buta matanya lantaran terlalu banyak menulis dan membaca di waktu malam. Abu Bakar Al-Anbari sekarat di dekat tumpukan sertatus kitab. Dokter yang merawatnya bertanya tentang apa yang sebenarnya Al-Anbari lakukan selama ini. Beliau menjawab, “Aku membaca seratus ribu lembar halaman buku setiap minggu.” Gak usah kaget berlebihan, Ibnu Jauzi pernah bercerita jika ia sudah membaca dua puluh ribu jilid buku. Well, kita mungkin mulai bosan di rumah selama masa pandemi ini tapi ketahuilah bahwa Ath-Thabari konon empat puluh tahun tinggal di rumah.   Setiap hari beliau menulis s

Sebuah Niat

Saya kepikiran menulis sirah nabawiyah dan tarikh khulafa’ dengan gaya bercerita yang berbeda dengan pembawaan buku PAI atau SKI. Saya rasa bakalan asyik membahas letak rumah Suku Quraisy di era Nabi sehingga ketahuan rumah siapa saja yang dilewati Nabi saat pergi ke Ka’bah, berapa jarak rumah Abu Lahab yang suka merusuhi Nabi. Kisah Ka’bah yang sering dipanjat maling kelihatannya juga seru, berapa tingginya bangunan itu, berapa kali kebanjiran atau kapan ia kebakaran. Mengusili kemapanan kisah Khalid melawan ratusan ribu pasukan Romawi dilihat dari logis tidaknya orang sebanyak itu berkumpul di area seukuran Lapangan Yarmuk, mungkin bisa memicu amukan netizen.  Bahasan tentang pencemaran irigasi Yatsrib mungkin juga oke. Bahasan ringan seperti b agaimana Nabi menjaga kaos kakinya agar tidak melorot mungkin bisa diteladani. Warna sepatu Nabi bisa jadi inspirasi fesyen pembaca. Jalinan kekeluargaan dan pernikahan di masa Nabi barangkali juga seru sekaligus rumit. Nabi menikahi put

Fakhitah, Cinta Pertama Rasulullah

Hari itu Rasulullah mendatangi cinta pertamanya, Fakhitah. Menyampaikan keinginan yang sama seperti belasan tahun silam. Sebelum menikahi Khadijah, Rasulullah lebih dulu jatuh hati dengannya namun sayang Rasulullah kurang gercep . Fakhitah kadung dilamar lelaki lain ketika Rasulullah mengutarakan keinginannya untuk menikah. Apalah daya Rasulullah terpaksa mundur alon-alon. Angin gurun menerbangkan debu-debu, membawa harapan masa lalu. Rasulullah sekali lagi mengutarakan keinginannya kepada Fatkhitah yang sudah menjanda. Angin gurun menerbangkan debu-debu, membawa harapan masa lalu. Fakhitah sekali lagi memupuskan harapan Rasulullah yang ingin memperistrinya. Angin gurun menerbangkan debu-debu, melenyapkan harapan masa lalu. Rasulullah, lelaki mulia itu dua kali patah hati karena perempuan yang sama. Fakhitah adalah wanita yang Rasulullah sebut dalam sebuah hadits, “Sebaik-baik wanita yang menaiki unta adalah wanita-wanita shalihah dari orang Quraisy, yaitu wanita yang demikian saya

Jaahilun

Kita menerima ceramahnya mbah Maimoen meski beliau dari PPP. Kita tak mempermasalahkan kajiannya Salim A. Fillah meski dia pendukung PKS. Kita nyantai dengan kajian bergaya kuliah ala Ustaz Adi Hidayat, kita damai dengan pengajian gayeng ala Gus Baha. Kita bisa sekaligus menerima Gus Mus yang NU dan Prof. Haedar Nashir yang Muhammadiyah. Mungkin kita cenderung pada salah satu dari mereka tapi kita sulit untuk tidak kagum dan hormat dengan nama lainnya. Hal ini mungkin tidak berlaku jika kita tidak termasuk golongan baligh dan berakal sehat. Kita bisa menghargai dakwah mereka karena keilmuan mereka jelas, dan mereka membicarakan apa yang mereka kuasai. Jadi penceramah mestinya bukan hanya modal nekat, apalagi kepepet. Makin hari kok makin banyak orang dengan latar belakang keilmuan gak jelas ceramah agama. Nyantri belum melakoni, ikut madrasah tidak pernah, ngeyel megang mic. Pembenarannya pakai hadis “sampaikanlah walau satu ayat.” Lah, hambok ingat juga ada hadis di Fathu Bari No.

Kaget

Selama berabad-abad umat Islam merasa paling hebat di muka bumi. Mereka menganggap dirinya sebagai komunitas dengan peradaban paling maju. Sebelum era Perang Salib, cendikiawan muslim biasa memandang rendah bangsa Eropa, menyebut mereka terbelakang dan jauh dari kemajuan sains. Ibnu Khaldun yang hidup di abad ke-14 pun masih berpendapat seperti itu. Pandangan itu lestari hingga berabad-abad bahkan sisanya masih ada sampai hari ini. Seperti kata Lockdown kepada Optimus Prime dalam “Age of Extinction”, manusia adalah makhluk naif yang menganggap dirinya sebagai pusat semesta. Padahal, ia hanya belum tahu bahwa ada yang melebihi dirinya. Rasa percaya diri komunitas muslim di Mesir goyah ketika negeri itu tiba-tiba diinvasi orang-orang Eropa yang selama ini diremehkan. Tahun 1798, Napoleon yang baru berusia 28 tahun memasuki bekas wilayah kekuasaan Amru bin Ash itu. Empat puluh ribu pasukan mendarat di Aleksandria, menyadarkan kaum muslim bahwa dunia sudah tidak seperti yang mereka pik

Tetap Hidup setelah Mati

Galileo Galilei sang bapak fisikawan modern mungkin terlalu ngebut pandangannya soal semesta. Ibarat orang-orang baru belajar mengeja, dia sudah ngajak bikin prosa. Alhasil, gagasannya tentang tata surya bukannya dipuja malah dikritik dan dihina oleh kebanyakan pemuka agama. Dua abad setelah kematiannya barulah pandangan ilmiahnya mulai diterima para cendikiawan yang lebih terbuka pikirannya . Orang cerdas memang kadang disalahpahami atau paling tidak sulit dimengerti. Pelukis legendaris, Vicent van Gogh dipuja karyanya setelah dirinya mati melawan epilepsi dan depresi. Film-film Bruce Lee baru booming setelah murid Yip Man itu meninggal dunia. Nama Ibnu Khaldun mencuat setelah tiga abad ia wafat. Ibnu khaldun dijuluki sebagai Bapak Sosiologi. Padahal, kata sosiologi baru muncul abad ke-19 sedangkan Ibnu Khaldun hidup di abad ke-14. Seakan-akan Ibnu Khaldun punya pemikiran yang lima abad melampaui masanya. Ibnu Khaldun hidup di era peradaban Islam sedang suram. Wajarlah jika

Mumpung Sepi⁣ ⁣

Saya pernah membaca twit tentang para rohaniawan yang melakukan selibat. Katanya, ujian terberat bagi mereka adalah kesepian. Saat mereka memutuskan melayani tuhan, mereka terputus hubungan kekerabatannya dengan siapapun. Saat mereka sakit tak bisa lagi berharap dirawat oleh sanak saudara. Mereka tak punya orang-orang terkasih untuk sekadar curhat. Sepi mungkin bisa mengintimkan hubungan manusia dengan tuhan tapi iman yang naik turun tak mesti selalu siap hanya bermesra dengan tuhan.⁣ ⁣ Kesepian itu menakutkan bahkan mematikan. Lihatlah orang-orang yang nekat jalan-jalan di masa pandemi sekadar ingin menghilangkan sepi. Beberapa orang mungkin memang sangat tertekan jika harus bertahan di rumah. Bayangkan seorang jomlo hidup di kosan, tanpa teman, tanpa kuota, HP Xiaomi dan motornya Beat. Sepi sanggup membawanya kepada bunuh diri. Nah, apakah yang mesti dilakukan agar tak kesepian di masa karantina diri?⁣ ⁣ Pertama, membaca. Suasana sepi cocok untuk membaca, fokus kita tak ambyar ke man

Ulya

Anak yang berpose mangap sepertiku bernama Ulya. Ini bocah yang bikin aku gak PD jadi guru. Lha piye , pinteran dia daripada aku. Mulanya aku ngajar dia Bahasa Arab, lantas ganti jadi tahfizh, hafalan Qur'an. Seingatku foto ini diambil ketika dia kelas 2 dan dia sudah hafal puluhan surah. Yap , anak ini sudah hafal berjuz-juz sebelum baligh. Terus piye perasaanmu nèk ngajar bocah ngéné iki? Sewaktu seumuran dia, aku baru belajar Iqra'. Kelas empat aku baru hafalan Syifaul Jinan fi Tarjamati Hidayatish Shibyan (شفاء الجنان في ترجمة هداية الصبيان) karya Ahmad Muthahhar bin Abdurrahman, itupun belum paham maksudnya. Kelas 5 mulai praktik dan tahun berikutnya mulai talaki selama 3 tahun lebih untuk menyelesaikan bacaan 30 juz. Artinya, Ulya yang masih kelas 2 SD lebih baik dariku ketika SMA perihal Al-Qur'an. Pengalaman mengajar anak-anak seperti Ulya ini menggedor kesadaranku bahwa jadi guru adalah tugas berat. Dilan belum tentu kuat. Harga diriku babak belur ket

Sekelumit tentang Jilbab

Apakah semua muslimah di masa Rasulullah memakai jilbab? Tidak. Ketika ayat tentang kewajiban berhijab turun Madinah memang riuh karena para muslimah yang bergegas nyari kain untuk menutupi rambut mereka. Saking semangatnya mengikuti perintah itu, sampai-sampai sembarangan kain dipakai, entah taplak atau apalah. Hijab langsung menjadi populer di komunitas muslimah tapi tak semua memakainya. Umar bahkan pernah menyuruh seorang wanita melepas jilbabnya. Siapakah mereka yang gak pakai jilbab bahkan memang gak diperintahkan memakainya? Budak wanita. Budak wanita gak disuruh pakai jilbab karena kalau dirunut dari sejarahnya, salah satu hikmah jilbab adalah agar wanita muslimah merdeka dapat dibedakan dengan budak wanita. Apakah pandangan fikih tentang berjilbab kompak persis? Tidak juga. Frase "kecuali yang biasa nampak" dalam perintah berhijab sedikit luwes ditafsirkan oleh ulama. Sebagian ulama Kufah sedikit lebih longgar soal batasan tubuh wanita yang mesti ditutu

Setara Setaraf

Saya barusan dapat DM pertanyaan tentang memilih pasangan. Seperti yang sudah-sudah, jawaban saya tentang kriteria pasangan yang baik adalah yang setara. Kalau laki-lakinya tampan menurut pandangan umum baiknya menikah dengan yang cantik, yang ibadahnya kenceng baiknya juga nikah dengan yang sepadan. Nikah dengan lelaki saleh banget belum tentu enak loh. Saya pernah dapat cerita tentang mbak-mbak yang akhirnya mumet karena nikah dengan ahli ibadah. Lha bagaimana gak mumet, suaminya kerjaan tilawah, shalat malam, zikir, kajian, padahal mbaknya penginnya jalan-jalan, dinner dst. Mbaknya suka dandan ala hijabers, suaminya berprinsip skincare terbaik adalah air wudhu. Gak nyambung. Ini bisa berakhir dengan mbaknya ikutan gemar ibadah tapi bisa juga ambyar seperti kasus selebgram yang diceraikan suami barunya beberapa waktu lalu.  Ada juga teman yang wajahnya khas oriental menikah dengan orang Palestina yang tentu saja tampan sebagaimana umumnya. Seringkali kalau jalan bareng dan bawa