Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Memadu Pencemburu

Khadijah ath-thahirah wafat beriringan dengan meninggalnya Abu Thalib. Itu adalah masa ketika kesulitan dakwah dilipatgandakan hingga luber. Namun, amanah kenabian tak mengenal cuti meski Nabi sedang bersusah hati. Keistimewaan Khadijah selamanya tak terganti tapi perannya dalam mendampingi Nabi menuntut pengganti. Fatimah membutuhkan ibu yang mengayomi terutama ketika Nabi pergi mendakwahi penduduk bumi. Saudah binti Zam’ah sama sekali tak mengira bila pintu rumahnya akan diketuk oleh Khaulah binti Hakim yang menyampaikan lamaran Nabi. Meski lebih tua dari Nabi, Saudah memiliki selera humor yang baik, Nabi sering tertawa dengan guyonannya. Ia pandai menceritakan hal-hal yang disukai Nabi. Demikianlah cara Saudah berbakti, sungguh ia datang di waktu yang tepat kepada Nabi. Saudah menyalakan keceriaan dalam suram tahun kesedihan (amul huzni). Tak berselang lama, Aisyah menyusul Saudah sebagai ummul mu’minin. Aisyah memainkan perannya sendiri sebagai istri Nabi. (baca: Aku Mencintainya M

Raja Pilihan

Bila ada shahabat Rasul yang banyak terzalimi sejarahnya maka Muawiyah pantas menjadi imamnya. Shaf di belakangnya akan diisi oleh Amru bin Al-Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, atau yang seangkatan dengan mereka. Banyaknya hoaks tentang Muawiyah sang penulis wahyu, mampu menimbun akal sehat sebagian kaum muslimin zaman ini. Tak jarang, penulis sejarah turut tergelincir mencela pendiri Dawlah Bani Umayyah itu. Wanita yang ingin diterima apa adanya tapi fotonya editan semua, tak lebih nyeleneh dari kontradiksi membenci Muawiyah tapi memuji Umar atau Ali. Pasalnya ketika Umar mengangkat Muawiyah menjadi Gubernur Syam, ia berkata, “janganlah kalian menyebut tentang Muawiyah selain kebaikan.” Bagaimana dikatakan mencintai Umar tapi membenci seseorang yang ia cintai, yakni Muawiyah? Umar tidak pernah memecat Muawiyah padahal Umar memecat Khalid bin Walid lebih dari sekali. Hal ini menunjukkan kualitas Muawiyah yang memenuhi standar tinggi Umar bin Khattab. Muawiyah tetap pada jabatannya selama dua

Aku Mencintainya Maka Cintailah Dia

Ummul mu’minin Shafiyah binti Huyai adalah istri Rasul yang sangat cantik lagi muda. Hal yang sama dimiliki oleh Juwairiyah binti Harits. Lantaran cantik dan eloknya Juwairiyah, Aisyah mengaku sempat keki padanya. Zainab binti Jahsy disebut-sebut pula mengungguli Aisyah dalam hal kecantikan. Aisyah pantas lega sebab setelah para wanita mulia nan rupawan itu dinikahi Rasul, Aisyah tetap menjadi yang tersayang. Para shahabat tahu persis keistimewaan Aisyah di hati Rasul sehingga mereka lebih suka menghadiahkan sesuatu kepada Rasul ketika beliau di rumah Aisyah. Kebiasaan tersebut membuat beberapa ummahatul mu’minin tersulut cemburu. Zainab binti Jahsy dan ummahatul mu’minin yang sepihak dengannya menggelar koordinasi. Bahasan pokoknya hanya satu: mengurangi dominasi Aisyah. Mereka menuntut agar Rasul mengimbau pada khalayak yang ingin memberi hadiah hendaknya tidak mengkhususkan tempat tertentu (rumah Aisyah). Sebentar, ini bukan konspirasi jahat ala sinetron dan FTV. Zainab sangat

Melawan yang Tercinta

Seorang penduduk Makkah yang memiliki nama paling harum. Wajah nan rupawan, pikiran yang cerdas dipadu dengan warna-warni pakaian elok menjadikannya buah bibir gadis-gadis Quraisy. Lelaki perlente yang menebus kalimat syahadat dengan sesuatu yang lebih menggelisahkan dari gertakan Abu Jahal. Keislamannya harus dibayar dengan sikap bermusuhan dari seseorang yang paling ia cintai, ibundanya sendiri. Apa yang terjadi di antara keduanya menjadi teladan terbaik tentang loyalitas dan permusuhan atas nama Islam. Padahal Rasulullah berkata bahwa ‘tidak ada pemuda Makkah yang lebih dimanja oleh orang tuanya seperti dirinya’. Mush’ab yang baik, demikianlah kaum muslimin menyebutnya. Ia terdidik perihal kesopanan dan etika bergaul sebagaimana layaknya putra para pemuka Quraisy. Kepiawaiannya bertutur dan menjaga batas-batas norma menjadikannya pedakwah yang menawan. Meski kini pakaian glamornya berganti dengan jubah lusuh penuh tambalan, Mush’ab bin Umair tetap pada pesonanya. Lelaki inilah yang

Orang-Orang Lemah

“Apakah mereka sudah bercerita padamu, wahai Atiq?” “Maksudmu Muhammad al-Amin?” Jawab seseorang berperawakan kurus, bermata cekung dan berkulit putih. Pembawaannya menunjukkan kedudukannya yang tinggi di kalangan Quraisy.  Percakapan ini mengalir singkat, ocehan Abu Jahal berseliweran di telinga Atiq bin Abi Quhafah yang kemudian lebih dikenal sebagai Abu Bakar. Ekspresi Abu Bakar tidak seperti harapan lawan bicaranya. Wajahnya sumringah, berseri, seperti Majnun yang mendapati Layla di hadapannya. “Jika dia (Muhammad) bilang begitu, berarti benar.” Jawaban Abu Bakar mendengung ke setiap sudut Makkah, kelak semakin nyaring menggema, menggelar. Inilah keimanan Abu Bakar yang bakal membawa banyak keberkahan. Kalimatnya yang barusan akan sering terulang ketika fitnah berdatangan atau ketika orang lain menaruh syak akan ucapan Rasul. Abu Bakar adalah batu bata merah dalam bangunan dakwah. Manuver dakwah Abu Bakar menjelaskan kualitas keislaman yang tidak butuh pembuktian ulang. Setiap leve

Lelaki Lembut Bernyali

Abu Bakar meradang dan menarik jenggot Umar, “Apa-apaan kau Ibnu Khattab! Rasulullah telah menunjuknya sebagai pemimpin, kemudian kau menyuruhku mencopotnya!” Ya, inilah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sering terisak saat membaca Alquran. Beliau yang dikhawatirkan Aisyah tak akan mampu menggantikan Rasulullah mengimami shalat lantaran terlalu sensitif hatinya, terlalu rawan dilahap tangis. Lelaki lembut itu kini tengah menunjukkan sisi lain dalam dirinya. Ketika Rasul wafat, Umar berpendapat agar pasukan Usamah bin Zaid tidak perlu melanjutkan jihad ke bumi Syam. (baca: Kesayangan Anak Kesayangan ) Madinah yang baru kehilangan Rasulullah menjadi rentan dikoyak pemberontak, kota itu butuh jaminan keamanan dari para mujahidin. Abu Bakar bersikukuh, ia lebih memilih dicabik-cabik serigala daripada melanggar kehendak Rasulullah. Tak ada ruang ijtihad untuk perkara yang sudah ditetapkan Allah dan Rasulullah.  Usia Usamah yang masih belasan tahun menjadikan ekspedisi jihad kali makin dilematis. U