Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Spesialisasi

Rasul nampak heran ketika ada seseorang dari kaum pembegal dengan kesadarannya sendiri menjadi orang kelima atau enam yang meraih iman. Rasul bahkan tidak mengenalnya ketika ia tiba-tiba datang, minta dibacakan Alquran dan tanpa basa-basi bersyahadat. Namun keislaman tidak seketika menguapkan gaya pembegal ala kabilah Ghifar dalam diri lelaki itu. Dia adalah orang pertama yang meneriakkan Islam di Masjidil Haram padahal Islam masih didakwahkan dengan bisik-bisik! Gara-gara aksi nekatnya itu ia dikeroyok hingga babak belur bahkan pingsan. Ngeyel , saat siuman kalimat syahadat kembali meluncur dari lisannya. Demikianlah epik Jundub Bin Junadah alias Abu Dzar Alghifari melewati hari pertamanya menjadi muslim. Bertahun kemudian Abu Dzar terlihat di antara kepulan debu yang terbang karena hentakan kaki-kaki hewan tunggangan dan pejalan kaki. Andaikan kumpulan manusia itu tidak berulang meneriakkan takbir, warga Madinah mungkin akan menyangka pasukan Quraisy sedang menyerang mereka. Untuk

Dia Satu-Satunya

Ia bukan rasul maupun nabi tapi lebih dari seratus ayat membicarakannya. Ia menghimpun dua kriteria yang mengokohkan kemuliaan dalam masyarakat Quraisy jahiliyah, kekayaan dan kecerdasan. Kebunnya membentang dari Makkah hingga Thaif. Anak-anaknya tak mesti berdagang karena limpahan kekayaan yang berlebih darinya, mereka bebas mempelajari keterampilan lain guna melestarikan kehormatan nasab. Itulah sebab di kemudian hari salah satu anaknya akan tumbuh menjadi jendral perang yang tidak pernah kalah di masa jahiliyah maupun Islam, Khalid. Ia dijuluki ‘pemberi bekal bagi musafir’ dan ‘satu-satunya’. Ia adalah orang pertama yang melepaskan sandal saat memasuki rumah Allah. Ia pemuka dalam renovasi Ka’bah dan menyaratkan iuran harta untuk perbaikannya bukanlah hasil riba, judi, melacur dan hal buruk lainnya. Ia mengharamkan khamr untuk diri dan anaknya. Ia pula yang menetapkan hukum potong tangan bagi para pencuri. Sebagian buah pikirannya mengabadi setelah disahkan Rasul sebagai syariat.

Ekspresi Rasa

Sebaik-baik generasi shahabat radhiyallahu ‘anhum , mereka tidak bisa menanggalkan sifat-sifat manusia. Secerdas dan alimnya Aisyah, toh , ia pernah membanting nampan sebab cemburu. Semulia-mulianya akhlak Abu Bakar dan Umar, keduanya juga pernah cek-cok sampai Rasul perlu turun tangan untuk mendamaikan. Jihad Thalhah mungkin saja mempesona tapi soal asmara lain urusannya. Saat bermakmum kepada Rasul, umumnya shahabat memang berebut shaf pertama tapi pernah ada yang berlaku sebaliknya. Alasan munculnya kelompok nyeleneh ini adalah hadirnya seorang wanita teramat cantik yang gemar menempati shaf terdepan di barisan wanita. “Demi Allah, aku belum pernah melihat wanita secantik dia.” Kata Ibnu Abbas. Wanita itu mendorong sebagian shahabat untuk lebih bergegas mengisi shaf depan demi menghindari fitnah tapi ada pula yang justru memperlambat diri agar leluasa curi-curi pandang. Allah Yang Maha Lembut tidak lantas melaknat perilaku kelompok yang suka curi-curi pandang saat berjamaah. Alla

Terlambat

Abu Jandal bin Suhail kabur dari Makkah untuk menemui kaum muslimin di Hudaibiyah. Setelah bersusah mencapai tujuannya ia justru terperangkap dalam situasi yang lebih rumit dari dugaan. Ia tiba ketika Rasul baru saja menyetujui perjanjian Hudaibiyah yang mengharuskan Rasul mengembalikan warga Makkah yang minggat ke pihak muslimin. Ironis, perwakilan kafir Quraisy dalam perjanjian itu adalah ayahnya, Suhail bin Amr, sementara salah satu saksi dari pihak muslim adalah Abdullah bin Suhail, saudaranya. “Wahai muslimin, akui dan lindungi aku!” Abu Jandal berteriak getir. Suhail bin Amr yang geram lantas menarik kerah baju anaknya itu dan menyeretnya. Abu Jandal berteriak-teriak memelas, mengaduk-aduk perasaan dan emosi kaum muslimin yang menyaksikan episode itu. Komitmen Rasul dan para shahabat diuji dengan sangat keras hanya beberapa menit setelah perjanjian disepakati. Pihak kafir Quraisy yang sedari awal sudah seperti kesurupan ingin berperang, bisa saja bertindak ngawur jika perjanjian