Langsung ke konten utama

Pelik Butuh Peluk

Hamka’s Great Story: A Master Writer’s Vision of Islam for Modern Indonesia (2016) mengisahkan secara apik perjalanan Hamka merampungkan Tafsir Al Azhar dalam penjara republik ini. Kisah serupa juga dilakoni Sayyid Qutb yang menulis Fi Dzilalil Quran dalam kurungan Gamal Abdul Nasser. Berabad sebelumnya, Ibnu Taimiyah yang dua belas kali dipenjara juga banyak menulis karya dalam jeruji besi.

Tak jarang pula buku-buku kenamaan ditulis ketika penulisnya dalam masa berat bahkan sekarat. Syair paling indah lahir dari mereka yang patah hati berdarah-darah. Apalah yang hendak dicari dari orang-orang yang menganggap hidup tiada arti selain waktu menunggu mati, merindu Ilahi. Bukankah sebaik-baiknya karya adalah yang dipersembahkan kepada Tuhan saja? Masa bodoh dengan pujian dan cela.

Jika kita sedang dikepung situasi pelik butuh peluk, mungkin itulah waktunya karya kita terbentuk. Jika sedih mengiris, bolehlah nangis meringis tapi lebih baik menulis. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abu Abu-Abu Abbasiyah

  Ada tiga fitnah (ujian) besar yang pernah menimpa umat Islam sepeninggal Rasulullah. Pertama, pembunuhan Utsman bin Affan. Ini adalah pemantik awal lahirnya perang saudara berkepanjangan. Kedua, Perang Jamal antara Aisyah binti Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Perang ini dikabarkan menelan korban hingga delapan belas ribu shahabat. Fitnah ketiga, konflik al-Walid II dan Yazid III. Ujung dari konflik tersebut adalah naiknya Marwan II yang merupakan khalifah terakhir Bani Umayyah. Pemerintahan Marwan II dikudeta oleh pasukan Abul Abbas As-Saffah dan Abu Muslim Al-Khurasani. Sesuai namanya, Abul Abbas adalah sosok yang kejam sesuai gelarnya yang berarti “penumpah darah”. Daftar kekejamannya bisa dibaca di bukunya Hamka, Sejarah Umat Islam, atau dalam kitab-kitab klasik tentang sejarah Islam. Ibnu Atsir, misalnya, menceritakan bahwa Abul Abbas pernah makan malam di atas mayat-mayat anggota Bani Umayyah. Bani Umayyah memang dibabat habis saat Abbasiyah didirikan, bahkan kuburan keraj

Peran Sejarah

Semilir angin Makkah menggerakkan jenggot di bawah bibir manyun Abu Jahal dan para sekutunya. Makin ruwet saja urusan mereka dengan Rasulullah. Sudah lima tahun #Islam menjadi trending topic di kota penuh berhala itu. Hate speech dan hoaks tidak mampu membendung laju dakwah. Musuh-musuh Rasul makin naik pitam dan meningkatkan tensi intimidasi fisik sehingga orang-orang lemah dari kaum muslimin mengalami penderitaan yang mengerikan. Di masa-masa berat itulah Allah mewahyukan Surah Alkahfi. Alih-alih berisi ayat tentang kesabaran atau bagaimana menghadapi ketidakadilan, Surah Alkahfi justru dipenuhi dengan kisah. Menurut para ulama, hikmah tersembunyi dari surah menjadi gamblang ketika Rasulullah berkata, “berpencarlah kalian di muka bumi ini!” Para shahabat bertanya, “kemana kami harus pergi, ya Rasulallah?” “Ke sana,” jawab Rasul sambil menunjuk ke arah Habasyah. Rupanya Rasul mengambil ibrah dari kisah hijrahnya pemuda Kahfi yang menjadi korban persekusi di masanya. Pengarusutamaan

Ibukota

Pak Jokowi baru saja mengumumkan bahwa ibukota bakal dipindah ke Kalimantan Timur. Respon warga republik ini beraneka. Guru Hindu saya antusias menanggapi pilihan ini. "jayaty-atibalaḥ śrīmān śrī-mūlavarma nṛpa" — Yupa Kutai, 6. Indonesia ibarat praktik CLBK, "sandal teklek cemplung kalèn, timbang golek mending balen". Balik ke ibukota era Kerajaan Kutai Kartanagara. Mas Agus tak ketinggalan momentum, "Ibukota boleh ganti, tapi ibu dari anak-anakku tetap harus kamu." Ya sak karepmu. Yang menanggapi pemindahan ini dengan komentar-komentar super serius juga ada. Bawaan orang kan beda-beda. Mau komentar apa bisa saja, karena bersuara tak sesulit mendapatkan izin membangun gereja. Mindahin ibukota banyak dipraktikkan sejak dulu. Dalam peradaban Islam misalnya, ibukota sudah berpindah berkali-kali. Madinah, Kufah, Damaskus, Hirah, Anbar, Baghdad, Samara, balik ke Baghdad dan masih berpindah lagi di era Turki Utsmani. Pindahnya ibukota biasa diikut

Lelaki Lembut Bernyali

Abu Bakar meradang dan menarik jenggot Umar, “Apa-apaan kau Ibnu Khattab! Rasulullah telah menunjuknya sebagai pemimpin, kemudian kau menyuruhku mencopotnya!” Ya, inilah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sering terisak saat membaca Alquran. Beliau yang dikhawatirkan Aisyah tak akan mampu menggantikan Rasulullah mengimami shalat lantaran terlalu sensitif hatinya, terlalu rawan dilahap tangis. Lelaki lembut itu kini tengah menunjukkan sisi lain dalam dirinya. Ketika Rasul wafat, Umar berpendapat agar pasukan Usamah bin Zaid tidak perlu melanjutkan jihad ke bumi Syam. (baca: Kesayangan Anak Kesayangan ) Madinah yang baru kehilangan Rasulullah menjadi rentan dikoyak pemberontak, kota itu butuh jaminan keamanan dari para mujahidin. Abu Bakar bersikukuh, ia lebih memilih dicabik-cabik serigala daripada melanggar kehendak Rasulullah. Tak ada ruang ijtihad untuk perkara yang sudah ditetapkan Allah dan Rasulullah.  Usia Usamah yang masih belasan tahun menjadikan ekspedisi jihad kali makin dilematis. U

Gaun Pengantin

Khaulah binti Hakim mendandani putri Ummu Rumman yang hendak menemui kekasihnya. Ummu Rumman turut serta dalam momen itu. Ia pantas berbangga sebab bakal secara utuh menjadi bagian dari keluarga terbaik di semesta. Sang putri melangkah anggun diiringi para remaja yang mendendangkan lagu-lagu kepahlawanan. Kebahagiaan kaum muslimin yang mulai mapan di Madinah semakin bertambah di hari itu. Itulah hari ketika Aisyah binti Abu Bakar akan secara penuh mengabdikan dirinya kepada Rasul. Hari itu Aisyah mengenakan gaun nan elok berbahan sutra bermotif garis merah yang menambah keindahan. Pakaian indah yang didatangkan dari Bahrain. Pakaian yang cepat menjadi populer di kalangan muslimah Madinah. Jomblo yang menikah setelahnya banyak yang meminjam pakaian tersebut untuk dikenakan dalam walimah. Muslimah yang hendak menikah tidak hanya sederhana dalam urusan mahar, mereka juga tidak ribet masalah busana: kenakan seadanya atau pinjam saja. Menikah itu mudah, ia sempurna dengan ucapan “aku terima