Langsung ke konten utama

Cantik Dulu, Shalihah Kemudian

“Pergilah dan pandang dia, karena di mata wanita-wanita Anshar ada sesuatu.” sabda Rasulullah kepada seorang yang menyampaikan niatnya untuk menikahi wanita Anshar namun belum melihat calonnya. Ke-shalihah-an para shahabiyah didikan Rasul mungkin tidak perlu diragukan tapi kriteria fisik perlu dipertimbangkan. Karena itulah Rasul menyuruh orang tadi melihat wanita yang hendak dinikahinya, sebab mata wanita Anshar berbeda dengan wanita lain dan mungkin bisa membuatnya terkejut.

Imam Ahmad bin Hambal menasihatkan secara gamblang, “bila seorang lelaki ingin meminang wanita hendaknya hal pertama yang ditanyakan adalah kecantikan sang wanita.” Beliau melanjutkan, “jika wanita tersebut dipuji kecantikannya, bertanyalah lebih lanjut mengenai agamanya. Jika wanita tersebut baik agamanya, hendaklah ia menikahinya.” 

Iman manusia naik-turun, jangan sampai seseorang menikahi seseorang yang jelek asalkan shalihah karena imannya sedang memuncak, lalu ia menyesali keputusannya ketika imannya nyungslep! Rumah tangga yang diharapkan berbuah bahagia justru menjadi bencana. Memilih pasangan ibarat memasuki rumah dengan empat lapis pintu: kecantikan, harta,  nasab dan agama.  Kecantikan adalah lapis pertama sedang agama adalah lapis terakhir. Masuk atau tidak tetap ditentukan oleh pintu terakhir, pintu-pintu yang lain hanyalah pembuka jalan.

Kualitas agama adalah alasan utama wanita layak dinikahi tapi kecantikan adalah standar pertama yang harus dipenuhi. Jangan sampai lantaran keikhlasan semu  yang menipu diri sendiri seseorang nekat menikahi wanita shalihah dengan rupa yang sejujurnya tidak bisa diterima oleh hati. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak, wanita hendaknya juga mempertimbangkan fisik lelaki yang meminangnya sebelum memberi jawaban. 

Alkisah, seorang wanita mendatangi Rasulullah dan berkata, “Ya Rasul, suamiku Tsabit bin Qais tidak aku cela akhlak dan agamanya, tapi aku takut berlaku kufur dalam Islam.” Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Tsabit adalah lelaki pendek dan buruk rupa, hal inilah yang dikhawatirkan oleh istrinya menjadi sebab kekufuran. Level jelek Tsabit dirasa cukup ekstrim hingga istrinya serasa ingin meludahinya. Setelah mendengar curhat tersebut, Rasulullah menyuruh keduanya bercerai. Bercerai.

Catat, penolakan istri Tsabit terjadi sejak ia membuka tirai dan melihat suaminya. Artinya sejak awal sang istri memang merasa tidak sanggup menerima kondisi fisik suami yang sebelumnya belum ia kenal. Tradisi di masa itu memungkinkan terjadinya kasus istri tak mengenal suami karena pernikahan kadang benar-benar hanya melibatkan wali, calon suami dan saksi tanpa kehadiran calon istri. Alasan meminta cerai karena pasangan dirasa jelek setelah melewati rumah tangga selama bertahun-tahun tentu saja mengada-ada, apalagi didahului dengan riset mendalam selama delapan semester.

Konon, istri Tsabit memang termasuk cantik, jadi, sebelum menetapkan standar untuk calon pasangan mending ngaca dulu, deh! Jangan sampai karena menetapkan standar yang terlalu tinggi justru menjadikan kita jomblo minal mahdi ilal lahdi, dari buaian hingga liang lahat.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Abu Abu-Abu Abbasiyah

  Ada tiga fitnah (ujian) besar yang pernah menimpa umat Islam sepeninggal Rasulullah. Pertama, pembunuhan Utsman bin Affan. Ini adalah pemantik awal lahirnya perang saudara berkepanjangan. Kedua, Perang Jamal antara Aisyah binti Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Perang ini dikabarkan menelan korban hingga delapan belas ribu shahabat. Fitnah ketiga, konflik al-Walid II dan Yazid III. Ujung dari konflik tersebut adalah naiknya Marwan II yang merupakan khalifah terakhir Bani Umayyah. Pemerintahan Marwan II dikudeta oleh pasukan Abul Abbas As-Saffah dan Abu Muslim Al-Khurasani. Sesuai namanya, Abul Abbas adalah sosok yang kejam sesuai gelarnya yang berarti “penumpah darah”. Daftar kekejamannya bisa dibaca di bukunya Hamka, Sejarah Umat Islam, atau dalam kitab-kitab klasik tentang sejarah Islam. Ibnu Atsir, misalnya, menceritakan bahwa Abul Abbas pernah makan malam di atas mayat-mayat anggota Bani Umayyah. Bani Umayyah memang dibabat habis saat Abbasiyah didirikan, bahkan kuburan keraj

Peran Sejarah

Semilir angin Makkah menggerakkan jenggot di bawah bibir manyun Abu Jahal dan para sekutunya. Makin ruwet saja urusan mereka dengan Rasulullah. Sudah lima tahun #Islam menjadi trending topic di kota penuh berhala itu. Hate speech dan hoaks tidak mampu membendung laju dakwah. Musuh-musuh Rasul makin naik pitam dan meningkatkan tensi intimidasi fisik sehingga orang-orang lemah dari kaum muslimin mengalami penderitaan yang mengerikan. Di masa-masa berat itulah Allah mewahyukan Surah Alkahfi. Alih-alih berisi ayat tentang kesabaran atau bagaimana menghadapi ketidakadilan, Surah Alkahfi justru dipenuhi dengan kisah. Menurut para ulama, hikmah tersembunyi dari surah menjadi gamblang ketika Rasulullah berkata, “berpencarlah kalian di muka bumi ini!” Para shahabat bertanya, “kemana kami harus pergi, ya Rasulallah?” “Ke sana,” jawab Rasul sambil menunjuk ke arah Habasyah. Rupanya Rasul mengambil ibrah dari kisah hijrahnya pemuda Kahfi yang menjadi korban persekusi di masanya. Pengarusutamaan

Kedermawanan Salah Sasaran⁣

Di masa jahiliah kedermawanan adalah hal yang lumrah dilakukan oleh para pembesar Quraisy. Jangan salah sangka, meski mereka tidak percaya pada akhirat tapi mereka tetap melakukan hal-hal “baik” di masyarakat. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa latar belakang turunnya Surah Al-Maun adalah adanya kebiasaan seorang pembesar Quraisy menyembelih unta tiap pekan untuk dibagi-bagikan tapi tidak mau membagi dagingnya kepada anak yatim yang memintanya.⁣ ⁣ Perilaku semacam itu disebabkan oleh tidak adanya harapan pada balasan di akhirat. Tanpa adanya iman pada akhirat, orang tentu saja akan berpikir untuk mendapatkan balasan instan dari kebaikannya. Oleh sebab itu, sebagian ahli tafsir menafsirkan kata “ad-din” pada ayat pertama Surah Al-Maun dengan “hari pembalasan” sebagaimana tafsir kata itu pada Surah Al-Fatihah. Pangkal dari amal-amal dengan motivasi dunia semata adalah mendustakan hari pembalasan di akhirat.⁣ ⁣ Ayat ini mengajarkan kita bahwa menjadi dermawan atau me

Pencil, Penis Kecil

  Aristophanes, penulis drama masa Yunani Kuno menggambarkan ciri-ciri pria ideal sebagai “dada yang berkilau, kulit cerah, bahu lebar, lidah kecil, bokong kuat, dan penis kecil”. Patung-patung pria Yunani yang kita lihat di internet nampaknya memvalidasi ucapan Aristophanes, penis mereka imut! Bagi orang-orang Yunani Kuno penis kecil adalah penanda seseorang tidak dikalahkan oleh nafsunya. Itulah sebabnya patung dewa atau pahlawan memiliki penis yang kecil dan tidak ereksi. Penis besar adalah milik orang-orang bodoh yang logikanya dikalahkan oleh nafsu syahwat. Satyr sing manusia setengah kambing yang suka mabuk adalah salah satu yang divisualisasikan memiliki penis besar. Perkara penis pernah jadi tema penting di beberapa peradaban. Britania Raya era Victoria pernah dirisaukan bukan karena ukuran penis mereka tapi karena warganya yang hobi mengocok penis alias onani. Onani nampaknya memang dibenci banyak pihak. Injil pun menceritakan kebencian tuhan kepada Onan yang membuang-buang

Biner

Saya pernah mengikuti seleksi kerja yang cukup menjanjikan, nilai ujian tulis saya aman, sesi ujian lainnya juga lancar. Saya optimis lulus tapi kenyataan tidak, ternyata sudah ada nama yang dipastikan lulus sebelum ujian dimulai. Dia tidak lolos ujian tulis lalu panitia mengubah ambang batas kelulusan menyesuaikan nilainya. Alhasil, pekerjaan itu tidak saya dapatkan tapi saya belajar bahwa hidup ini tidak hitam putih. Secara teknis saya gagal tapi situasinya tidak sesederhana itu, ada faktor yang tidak bisa saya kendalikan yang membuat tidak adil jika pilihannya hanya gagal dan sukses. Saya tidak sedang menghibur diri tapi hidup memang tidak selalu menyajikan dua pilihan yang berlawanan. Selalu ada wilayah abu-abu. Ketika nenek moyang kita masih hidup di alam liar bersama predator mereka dituntut untuk berpikir cepat antara bertarung atau lari. Hanya ada dua pilihan. Pola pikir sederhana ini menentukan hidup dan mati mereka. Cara berpikir yang menyederhanakan pilihan-pilihan kompleks